Sandi-Prabowo Pecah Kongsi, "Ribut" di Pilpres 2024
Senin, 29 Juni 2020 | Dilihat: 531 Kali
Jakarta, Skandal
2024 pendulum politik naga-naganya bakal berubah, terutama duet Prabowo – Sandiaga Uno. Pasangan ini bakal menjatuhkan talak, alias cerai. Ibarat suami istri pasangan ini bakal ribut di 2024 dengan pasangan masing-masing.
Prabowo yang kini menjadi Menteri Pertahanannya di kabinet Jokowi, disebut-sebut bakal dipasangkan dengan Puan Maharani, putri sulung dari Megawati Soekarno Putri. Duet ini mulai digulirkan kalangan partai dari Banteng Moncong Putih.
Sebut saja politikus Aria Bima. Dia menilai kansnya memasangkan pasangan ini begitu terbuka. Terlebih PDIP dan Gerindra dua pemenang Pemilu lalu. Gerindra berhasil menempati urutan kedua.
“Pasangan ini memungkinkan. Kalkulasi politik bisa saja terjadi untuk saling memperhitungkan,” ujar Aria Bima, meski kalkulasi politik sangat dinamis sampai 2023, atau sebelum pencalonan 2024.
Itu semua, lanjut Aria Bima, situasional, popularitas, elektabilitas, baik partai dan figurnya,semua akan dihitung, hingga 2023.
Meski terlalu dini, banyak menyebut duet pasangan ini cermin dihidupkannya kembali perjanjian Batu Tulis Bogor, 2009. Tepatnya saat Mega dan Prabowo menjadi Capres dan Wapres berhadapan dengan SBY-JK.
Cuma, di perhelatan 2014 dalam perjanjian tersebut, posisinya terbalik. Mega harus mendukung pencalonan putra Begawan ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusuma.
Tapi sejarah bicara lain. Mega pindah ke lain bodi, mendukung Joko Widodo, yang saat itu menjadi Gubernur DKI. Realita ini yang membuat Prabowo meradang. Dia merasa dikhiaati oleh Mega. Terlebih, yang menemukan Jokowi adalah Gerindra untuk pencalonan DKI bersama Ahok. Akhirnya,haul Prabowo menuju istana merdeka terhalang.
Sejarah mencatat, dua kali Prabowo ditundukkan oleh Jokowi, baik berpasangan dengan Hatta Rajasa maupun dengan Sandiaga Uno. Cuma, saat dengan Sandi, hubungan dengan lawan politiknya cair. Prabowo mau berdialog dengan Jokowi maupun anjangsana dengan Megawati lewat suguhan nasi goreng.
Alhasil, baru pertama kalinya dalam sejarah perpolitikan, kandidat Capres mau menjadi menteri di kabinet lawan politiknya, hingga memunculkan pasangan Prabowo Puan.
Lantas, bagaimana dengan Sandi? Banyak menyebut putra sulung dari Ratu Kepribadian Mien Uno ini kansnya menjadi presiden sangat potensial. Apalagi Presiden Pilihan Rakyat dua periode merestui Sandi sebagai presiden mendatang. Itu digulirkan Jokowi saat pertemuan di HIPMI, yang salah satunya pernah dijabat Sandi sebagai Ketua Umum.
Cuma pertanyaannya, bagaimana kelak jika Prabowo sebagai Ketua Umum Gerindra maju sebagai Capres? Pelbagai pihak haqqul yaqin sosok Sandi punya nilai jual yang tinggi. Baik sebagai orang pertama maupun kedua. Sebagai orang kedua, dia bisa digandeng dengan Anies Baswedan. Lebih-lebih Anies sudah digadang-gadang oleh PKS dan Nasdem. Atau dikawinkan dengan AHY dari Demokrat.
Sedangkan sebagai orang pertama, Sandi-Anies, disebut-sebut terkuat melaju menuju Istana Merdeka. Itu dengan catatan, bila Prabowo emoh menjadi kandidat presiden, sesuai saran kelompok 212 aagar estafet kepemimpinan berjalan dengan mulus. Terlebih factor usia Prabowo sendiri.
Atau, meminjam istilah Ustadz Tengku Zulkaranaen, lagi Prabowo berpasangan dengan Sandi maupun Anies akan kuat. Ustads Zul , atau kelompok 212 akan bernostalgia mendorong mereka menjadi presiden. “Kalau berpasangan dengan Puan, saya tidak akan memilih,” tandas Tengku saat ditanya pakar hukum Tata Negara, Refli Harun.
Lagi-lagi, yang namanya politik sangat cair. Semua punya dinamika, lantaran di politik tak ada teman abadi, kecuali kepentingan bersama, meski saat ini, berdasar survey Indo Barometer, Prabowo – Puan diunggulkan. (****)