Tutup Menu

In memoriam, Hj. Yati Pisi, S.Ip,  Merakyat Dalam Kesederhanaan

Kamis, 27 Juni 2019 | Dilihat: 1188 Kali
    

Hj.YATI Lukman dilahirkan di Wawotobi pada tanggal 9 September 1959 dari pasangan suami istri – H. Pisi dan Hj. St. Norma. 

H. Pisi  yang berdarah campuran Cina Tolaki, adalah seorang pebisnis ulet dimasanya yang dikenal memiliki usaha perdagangan retail (memiliki kios besar) serta usaha pengumpulan dan penjualan rotan di Wawotobi. 




Sedangkan Hj. St. Norma adalah seorang putri  bangsawan Kasipute (Wawotobi) yang bersaudara kandung dengan Hj. Siti Aminah, Istri Abd. Rasak Porosi (mantan Bupati Kendari tahun 1993 – 2003).

Di Wawotobi, Yati menamatkan pendidikan SD pada tahun 1974, lalu SMP tahun 1977. Setelah menikah, dia ikut suaminya (LA) merantau ke Makassar, akhir tahun 1977 hingga  tahun 1983.

Yati sempat menunda melanjutkan pendidikan ke-tingkat SMA. Selama masa itu, Yati sempat mengikuti kursus kecantikan di Salon Sayonara Makassar sambil membantu suami mencari penghasilan tambahan, seperti berjualan kue di kantin SMP Ramayana Makassar, membuka usaha jasa gunting rambut kecil-kecilan di rumah kontrakan mereka di Maros (ketika itu LA sudah menjadi PNS di Pemda Maros dengan golongan II/a). 

Pada sekitar Ferbruari 1982, Yati sempat pulang kampung ke Wawotobi selama beberapa hari untuk mendaftarkan diri ke SMA Wawotobi, lalu kembali ke Maros hingga beberapa bulan sesudahnya. Pada tahun 1983, Yati dan kedua anaknya diboyong suami pulang menetap ke Kendari. Ia pun langsung melanjutkan pelajaran  di SMA Wawotobi hingga tamat pada tahun 1984. 

Hanya  beberapa bulan  setelah memperoleh ijazah SMA, Yati mengikuti jejak suami di jalur birokrasi dengan masuk menjadi PNS  di Pemkab Kendari (semasa pemerintahan Bupati Andry Djufry) pada tanggal 1 Maret 1985, golongan II/a. 

Ketika suami menjabat sebagai Kadis Tata Ruang Kabupaten Kendari 1998, Yati melanjukan pendidikan S-1 pada jurusan Ilmu Pemerintahan  di Universitas Terbuka hingga meraih gelar S.Ip pada tahun 2002. 

Ditakdirkan menjadi ibu Bupati  di tahun 2003,  Yati mulai melewati masa-masa panjang mendampingi  tugas suami sebagai Ketua Tim Penggerak PKK, Ketua Dharma Wanita Persatuan, sekaligus pernah menjabat sebagai Ketua BKMT Kabupaten Konawe. Masa-masa panjang ini pun dilaluinya dengan segenap suka dan duka yang datang silih berganti. 




Sebagai ibu Bupati, ia tentu  bangga dan merasa  dihargai oleh banyak orang, meski itu pun harus dibayarnya dengan waktu dan tenaga yang cukup banyak terkuras untuk melayani dan mendengar keluhan  orang-orang di sekitarnya. Tapi ia juga sering mengurut dada di saat-saat tertentu,  terutama bila sang suami menghadapi masa-masa yang sulit.

Sebagai istri, ia tentu saja ikut susah bila suaminya mendapati kesusahan. Demikian pula sebaliknya, ia tersenyum dan menikmati hidupnya sebagai ibu Bupati bila sang suami sedang tersenyum. 

Mendampingi sang suami sejak tahun 1977, Yati – atau sering disapa dengan panggilan akrab ‘mamanya Arni’, sejak awal memang tak hanya diam di rumah sebagai ibu rumah tangga tulen.

Sewaktu ikut suami merantau ke Makassar, ia berusaha membantu suami untuk mendapat tambahan penghasilan dengan membuat dan berjualan kue di kantin SMP Ramayana Makassar, tak jauh dari rumah Bahtiar Renggala tempat mereka menumpang. Berbekal sedikit keterampilan menggunting rambut yang pernah dipelajarinya di salon Sayonara – Makassar, ia pernah menerima order cukur rambut kecil-kecilan sewaktu tinggal di rumah kontrakan di Maros.  Pekerjaan ini juga sempat ditekuninya beberapa bulan ketika, pada tahun 1983, ia kembali menetap sementara di rumah mertua di Kelurahan Watu-Watu – Kendari, untuk kemudian pindah menetap di Wawotobi bersama suami dan kedua anaknya.  

Kembali ke-kesehariannya di Unaaha sebagai ibu Bupati, yatu  menjalani hari-harinya dengan bersahaja dan terus melebur dalam pergaulan sosial bersama ibu-ibu PKK, Dharma Wanita dan majelis taklim di desa-desa.

Memasuki tahun terakhir masa jabatan suaminya sebagai Bupati Konawe, Yati mulai merasa letih berada dalam lingkungan birokrasi. Pada kesempatan berdua dengan suami, ia pernah mengatakan akan mundur dari PNS, mencari partai untuk maju bertarung sebagai calon anggota legislatif. Sang suami pun setuju.  Kata-kata itu kemudian dibuktikan Yati pada beberapa hari setelah masa jabatan LA sebagai Bupati Konawe berakhir. 

Yati mengundurkan diri dari PNS dan meninggalkan jabatan terakhirnya sebagai Kepala Bidang Sosial Budaya pada kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Kabupaten Konawe dengan pangkat golongan IV/b.

Menjelang Pemilu legislatif tahun 2014, Yati memutuskan untuk masuk ke partai Nasional Demokrat (Nasdem) Sultra. Meski sempat diajak oleh Kery Syaiful Konggoasa (Ketua DPD PAN Konawe) untuk masuk ke PAN, namun, merasa terlanjur berada di Nasdem, Yati tetap bersikukuh memulai karir politiknya  di partai besutan Surya Paloh itu. 

Pilihan politik Yati ketika itu ternyata tepat.  Menjadi caleg di partai itu, ia akhirnya berhasil terpilih menjadi anggota DPRD Sultra mewakili Dapil Konawe – Konawe Utara untuk masa jabatan 2014 – 2019.

Di pihak lain, ia  bsa tetap kembali mendampingi suami di Kendari yang telah menjabat sebagai Sekda Provinsi, sebuah perjalanan hidup yang telah diatur dengan indah oleh Allah SWT.

Pada tahun 2019, setelah status pribadi beliau menjadi ibu wakil Gubernur Sultra, beliau juga kembali terpilih sebagai anggota DPRD Sultra periode kedua di Dapil yang sama.
(Dikutip dari buku : "Lukman Abunawas : Tulisan Yusran Taridala, 2015)

Dapatkan Info Teraktual dengan mengikuti Sosial Media TabloidSkandal.com