Perumda Pasar Jaya Ngeles Sana Sini, Cermin Uang Jaminan Parkir Terpakai?
Jumat, 02 Oktober 2020 | Dilihat: 468 Kali
Udin Lammata dan Fahri
Jakarta, Skandal
Budaya "ngeles" dan "ping pong" sana sini masih mewarnai manajemen Perumda Pasar Jaya terkait pengembalian uang jaminan parkir.
"Parah sekali di era global saat ini, masih seperti zaman kompeni saja," ujar Udin Lamata nyinyir, sambil tertawa ngakak.
Padahal, di era digital saat ini, semua tinggal pencet, sehingga tersaji semua data yang dibutuhkan. "Lho kok gak ada, ping pong sana sini, itu artinya tidak ada sama sekali," ungkap Bang Udin, demikian sapaan akrabnya.
Sebagai gambaran, Ketua LSM Pemantau Pasar Rakyat ini menyebut PLT Dirut Pasar Jaya, Ratih Mayasari selalu mengelak dan melempar persoalan ke staf maupun bawahannya.
"Misalnya kejadian Minggu lalu. Ratih memerintahkan Manto, Sekretaris Perusahaan mengklarifikasi soal miliaran uang pengelola parkir yang 'ngendap' di Pasar Jaya.
Ternyata, bukan memberikan klarifikasi, malah berkelit proses belum bisa dilakukan karena kajian relaksasi dari manager UPL Parkir belum masuk ke Direksi.
"Ini kan lucu sekali," jelasnya terkekeh-kekeh.
Begitupun kemarin (1/1), saat wartawan menanyakan soal uang miliaran jaminan parkir, lagi-lagi Ratih melempar ke kordinator UPL dan ULP Fahri. "Eh, si Fahri menghilang dan menghindar dari tanggungjawab," tandas Bang Udin.
Padahal, ditunjuknya Ratih yang menjabat Direktur Administrasi dan keuangan sebagai PLT, diharapkan bisa meningkatkan kinerja dan pembenahan di bidang administrasi dan keuangan, ternyata dia tidak mampu melakukan terobosan.
"Jangankan menyelesaikan yang besar yang jadi tupoksi Pasar Jaya. Hal yang
kecilpun dia tak mampu,seperti pengembalian jaminan parkir. Atau jangan-jangan Pasar Jaya sudah bangkrut ?" tandas Bang Udin mengeryitkan dahi.
Lagi-lagi soal parkir dan uang jaminanan, bukan hal baru di BUMD DKI itu. Masalah berlangsung lama yang tetap punya Tupoksi.
"Lho kok, pengembalian uang jaminan jadi lama ? Bukankan pengelola baru juga menyetorkan sejumlah jaminan ? Jangan-jangan terpakai saat Bansos Covid, sehingga budaya ping pong terpaksa dilakukan demi menutup aib," jelas Udin, pria berdarah Bugis dengan kumisnya yang tipis.