Pasien RSUD NTB Meninggal, Masyarakat Tidak Spekulasi Akibat COVID -19
Minggu, 29 Maret 2020 | Dilihat: 550 Kali
NTB, Skandal
Ketua Pelaksana Badan Penggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB, Ahsanul Khalik meminta masyarakat tidak cepat "memvonis" pasien di rumah sakit yang meningggal dengan gejala corona pasien positif corona.
Permintaan itu disampaikan menyusul adanya pasien dengan inisial IMS (55) dari Karang Madain ,Kota Mataram di RSUD Provinsi NTB ,Sabtu (28/03) kemarin pukul 16.30 WITA.
"Pasien itu punya riwayat Diabetes Mellitus, Jatung dan. Hipertensi," jelas Ahsanul.
Menurut dia, pasien IMS masuk IGD RSUD Provinsi NTB pada Rabu (25/3) lalu. Pasien diantar oleh keluarga ke IGD RSUD NTB setelah pulang dari salah satu Rumah Sakit Swasta di Kota Mataram.
"Pasien masuk RSUD Provinsi sudah dalam kondisi lemah dan ditangani secara intensif oleh tim medis RSUD," kata Ahsanul Khalik Minggu 29/03/2020.
Karena saat ini sedang ramai dengan kasus COVID -19, tanda awal dari pasien dalam kondisi lemah, keluhan sesak nafas, maka pihak RSUD Provinsi sesuai denga SOP mengambil langkah melakukan isolasi.
Keputusan isolasi itu sendiri dilakukan pada hari Jumat (27/03) pada pukul 13.00 WITA dan terus dilakukan pemantauan serta perawatan kepada pasien .
Pada hari Sabtu (28/03) kemarin kondisi pasien semakin lemah sehingga dokter penanggung jawab stanbay dan memantau kondisi pasien secara seksama . Pada pukul 14.00-16.00 WITA kondisi pasien semakin melemah dan pada pukul 16.30 WITA pasien dinyatakan meninggal di hadapan keluarga dan tenaga medis.
Ahsanul khalik menerangkan, pasien sesungguhnya tidak memiliki riwayat melakukan perjalanan daerah pandemi COVID-19 . Meskipun demikian ,tim medis tetap melakukan pengambilan swab dan saat ini Pemda masih menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Kemenkes RI .
"Saya berharap masyarakat tidak berspekulasi dan tidak mengambil kesimpulan sendiri serta tidak berbagi informasi yang belum kita dapatkan kebenarannya bahwa pasien ini meninggal karena COVID-19. Terlebih pasien ini tidak pernah atau tidak punya riwayat bepergian dan tidak punya riwayat kontak juga dengan penderita COVID -19 "tegas Ahsanul Khalik.
Ia mengharapkan agar semua pihak tetap tenang dan bersabar menunggu hasil resmi dari laboraturium Litbangkes.
Tes swab merupakan tes yang dilakukan dengan pengambilan cairan pada hidung atau tenggorokan . Dari hasil tes swab inilah keberadaan virus CPVID-19 dalam tubuh dapat diketahui.
Sementara itu dilakukannya penanganan terhadap jenazah seperti penderita COVID-19, kata khalik, adalah semata-mata sebagai kewaspadaan ,sehingga pada saat pemakaman tidak perlu khawatir.
"Sekali lagi masyarakat percayakan bahwa yang dilakukan penanganan jenazah almarhum adalah yang terbaik untuk kepentingan masyarakat karena kita tidak berspekulasi apakah almarhum positif atau negatif COVID-19," ujarnya.
Paling penting saat ini, lanjut Khalik, semua pihak mengikuti petunjuk yang telah dikeluarkan pemerintah ,tetap saling mengingatkan dan saling menjaga dengan cara cuci tangan ,jaga jarak ( physical distancing), jalankan pola hidup bersih dan sehat ,konsumsi vitamin , jauhi keramaian dan jagan termakan berbagai isu dan informasi hoax, kecuali informasi dari sumber resmi dan dapat dipercaya," urainya mengakhiri.(MA)