Surabaya,
"Laju Pena Tak Terhalang Jeruji" itulah tema refleksi akhir tahun yang di adakan oleh Mata Pena Mata Hati Prodiction bersama Mahasiswa Save Jurnalis dan di dukung oleh THR institute.
Acara tersebut merangkul guyub, rukun, kawan-kawan jurnalis, beserta Aktivis, Mahasiswa, LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), dan para elemen masyarakat, di Pendopo THR Surabaya, (THR Institute) 28 Desember 2018,.
Refleksi jurnalis ini dihadiri sekitar 150 orang. Kiki, dari Media Rakyat Jelata, kebetulan menjadi kordinator kegiatan mengajak seluruh rekan rekan media dan aktivis di akhir tahun ini merefleksi segala persoalan di 2018.
Jurnalis Ade yang baru mengalami kriminalisasi oleh sebuah institusi pemerintah. hadir dalam acara itu. Begitupun rekan-rekan lainnya dari mahasiswa dan LSM pun mendukung acara itu.
Acara dimulai 14.30. 28/12. Suguhan Angklung RJC (Rakyat Jelata Comunity) juga memberikan warna bagi acara tersebut.
Diawali sambutan Bang Udin Sakera, dilanjut sesi sambutan dari berbagai element, kawan-kawan yang hadir memberikan sumbangsih sebagai refleksi akhir tahun para jurnalis. Banyak didapat berbagai pengalaman, kiat-kiat mengemban tugas sebagai jurnalis, dan berbagai masukan yang variatif.
Pukul 16.13 memasuki acara klimaks. Ade memberikan sambutan yang merupakan Inti dari refleksi jurnalis akhir tahun 2018. Dia merangkum, ditambah serangkaian ketabahan, pendirian teguh sebagai karakter jurnalis ketika di penjara (korban kriminalisasi)
Selamat datang Ade, sapaan yang mengharukan, penuh rasa kebanggaan dengan kehadiran rekan jurnalis. Ade yang baru saja melewati masa-masa tragedi, intervensi, intimidasi, yang telah mengukir di dinding-dinding, pilar-pilar, lubuk hati seorang jurnalis. "Laju Pena Tak Terhalang Jeruji" yang digelar oleh Mata Pena Mata Hati Production mengingatkan kembali betapa besar resiko dan berat tugas yang diemban sebagai jurnalis.
Namun dalam kehadiran Ade di acara tersebut telah memberi spirit baru kepada rekan jurnalis se- Indonesia khususnya "Arek Suroboyo". Semangat dan tekad serta resiko sebagai jurnalis yang mengalir di dalam tubuh, mengakar dalam tekad dalam berkarya kembali dan berjuang memalui tulisan untuk rakyat. Predikat yang disandang oleh sosok Ade sebagai jurnalis yang di kriminalisasi oleh sebuah kekuatan besar tak membuat surut nyali para jurnalis yang tetap berada di garis perjuangan. Pengalamannya sebagai figur dan suri tauladan untuk kawan-kawan jurnalis akan menjadi tonggak sejarah khususnya di Kota Surabaya.
Dalam sambutannya, Ade menjelaskan semua kronologi mulai penangkapan hingga proses persidangan sampai putusan semua tidak sesuai dengan fakta. Ade yang dijerat dengan pelanggaran UU ITE dan dinggap melakukan pemerasan saat itu, ternyata tidak terbukti sama sekali. Akhir putusan majelus Hakim menjatuhkan Ade bersalah karena melakukan pencemaran nama baik. Sungguh memprihatinkan sekali.
"Saya tetap bersabar dalam menjalani proses itu. Saya yakin Allah maha tahu segalanya. terima kasih untuk semua rekan yang selama ini sudah mensupport saya secara langsung maupun tidak. Semua dukungan kalian menjadi kekuatan saya. hingga detik ini saya masih bisa berdiri di hadapan kalian, bertemu dengan saudara sesama profesi kembali. Saya tetap bersyukur dan mohon maaf bila merepotkan selama ini. Hanya satu pesan saya, jangan pernah takut dengan jeruji. itu lo hanya buatan manusia. teruslah berkarya, masyarakat butuh kita" pungkasnya.
Dalam acara tersebut hadir pula para senior dalam dunia Pers seperti Gatot Panji Nasional, Marzuki, Hendro dan masih banyak lagi yang lainnya. Bahkan tak di nyana, rekan media yang berasal dari luar kota pun ikut hadir di pendopo THR Institute. Sambutan hangat rombongan dari Mojokerto pun di berikan kesempatan memberikan sambutan, memperkenalkan diri agar semakin akrab dalam menyambung nilai persaudaraan antar jurnalis.
Dalam kesempatan ini, Kiki RJ panggilan akrab pria ini kordinator acara menyebutkan, acara ini terselenggara dengan niatan tulus tanpa tendensi apapun, murni tanpa sponsor atau proyek politik.
"Biaya kami (Rekan-rekan) tanggung sendiri. Acara ini semata kami gelar untuk mengingat kembali segala persoalan yang ada di 2018 sebelum kami tinggalkan untuk memasuki tahun yang baru, yaitu 2019.
Saya harap dengan adanya kegiatan refleksi ini kawan-kawan juga meningkatkan kepedulian dan selalu menjaga keutuhan, persatuan, dan kesatuan kita sebagai insan pers yang hidup bersama," terangnya.
Tepat pukul 17.00 Kiki RJ (Rakyat Jelata) bersama rekan rekan menyerahkan piagam penghargaan, kepada Ade bersama rekan-rekan Jurnalis lainnya. Piagam yang di berikan adalah wujud apresiasi dari seluruh rekan jurnalis yang ikut prihatin atas kriminalisasi yang di alami oleh Ade pada waktu lalu.
Rangkaian acara diakhiri dengan foto bersama Ade pukul 17. 32. Selain itu team Angklung RJC turut menghibur acara tersebut.
Di akhir penghujung acara dan sebelum meninggalkan tempat, Gatot memberikam pesan kepada rekan rekan.
Kata dia, dengan menjalin silaturahmi suatu masalah akan mendapatkan solusi dimana kita bisa berdiskusi dan saling mengisi, "Mari, keakraban dan keutuhan selalu kita jaga." pesan Gatot Panji Nasional. (M.Gon/bay/red)