Skandal Muba
Pekerjaan lanjutan Jalan Jurusan Sungai Dua - Tebing Bulang ( Dana Bantuan Keuangan Provinsi ), Kecamatan Sungai Keruh kabupaten Musi Banyuasin Provinsi Sumsel, sampai berita ini diturunkan belum selesai.
Padahal, pagu proyek itu menelan anggaran tahun 2019 sebasar Rp 12 milyar, yang sudah terialisasi Rp.11.771.777.000. Pelaksana proyek tersebut PT. Anugrah Langgeng dengan nomor kontrak : 620/01/SPPKF/APBD-P/BKP/KEC.SK/PU.PR/2019 dan Nomor Kontrak : 036/ALP/IX/2019. Panjang Cor Beton 2528 meter dan lebar 5 meter dengan biaya APBD-P .
Pantauan Skandal di lapangan, Sabtu 28/12, pekerjaan tersebut baru selesai dikerjakan 1625 meter. Sedangkan para pekerja menghampar coran di lapangan baru selesai coran sebanyak 4 mobil molen. Jam sudah menunjukan pukul 13.00 WIB. Mereka tidak dapat melanjutkan pekerjaan karena material besi untuk tulang coran habis.
Kendati pekerjan lanjutan jalan Jurusan Sungaidua - Tebing b
Bulang ini belum selesai, diperkirakan 50 % - terlihat adanya pelobangan untuk menguji / mengukur ketebalan coran.
Terlihat ada 11 titik yang dilobangi. Titik terendah ada ketebalan 22 cm, ada ketebalan 25,5 cm, juga ada ketebalan 29,5 cm. Namun setelah adanya pelubangan sampai dilakukan pemeriksaan, lubang tersebut sampai berita ini di buat belum adanya upaya untuk ditambal kembali dengan coran. Akibatnya lubang tersebut terlihat jelas.
Sudirman, Kades Sungai Dua saat ditemui di kediamannya mengatakan, pekerjaan ini tidak akan selesai tepat waktu mengingat waktunya sangat mepet .
"Dipekerjaan ini saya hanya pengesup material koral, pasir dan pekerja borongan. Itupun untuk pekerja borongan pembayaran upahnya terhambat. Kalau sampai sore ini ( red Sabtu ) upah borongan pekerja belum dapat di selesaikan, terpaksa mobil dan pekerja saya hentikan dulu," ungkapnya.
Dikatakannya, soal kualitas coran itu sangat bagus, karena adukan campuran coran dilakukan orang desa sini.
Fakta di lapangan, para pekerja tidak dilengkapi safety seperti topi, sepatu , rompi, sarung tangan. Lebih miris lagi ada pekerja tidak memakai alas kaki menginjak coran beton. Mereka bekerja lembur sampai pukul 23.00 Wib.
Salah- satu pekerja mengatakan pada awak media yang menemuinya saat sedang menghamparkan coran mengaku tidak diberikan alat untuk pengaman kerja oleh perusahaan. Mereka memakai seadanya, membawa sendiri.
"Bahkan kami pernah dan beberapa kali memberi tahukan pada pengawas dari kontraktor bahwasannya untuk agregat sebagai pondasi cor ini kurang, tapi tidak diperdulikan dan di abaikan saja. Bapak lihat lah sendiri pengerasan degan agregatnya mana kurang lebar dan sangat dikit sekali," ungkapnya.
Awak media pun untuk mewawancarai pengawas lapangan yang bernama Anton, tapi tidak dapat ditemui. Menurut pekerja, pengawas berada di camp, tapi saat ditemui katanya ada di warung. Di situpun, kata pemilik warung, sudah keluar. Ada kesan pengawas kucing-kucingan dengan awak media.
Banyak menyebut sikap pengawas itu disesalkan, karena pemilik pekerjaan yang terindikasi kerabat dekat pejabat ini menunjuk pengawas yang tidak mau menemui awak media.
Sementara itu dinas terkait sampai berita ini dibuat belum dapat dikonfirmasikan. ( tim)