Jepara, Skandal.
Durian cemplongan milik warga Desa Banjaragung, Kecamatan Bangsri, Miftakhussururi, menjadi primadona dalam lomba durian yang digelar Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Jepara, kemarin. Durian lokal ini menarik menjadi juara karena rasanya yang enak.
Miftakhussururi mengaku memiliki dua pohon durian yang dibeli dari seorang pemilih pohon. Lokasi kebunnya berada di Desa Banjaran, Kecamatan Bangsri yang sebelumnya satu desa dengan Banjaragung, sebelum menjadi desa tersendiri.
”Saya beli dua pohon. Saat itu usianya sudah lima tahun dan mulai berbuah. Saat ini usia pohon sudah sekitar 15 tahun lebih dengan diameter sekitar 40 sentimeter,” tuturnya usai menerima penghargaan di Alunalun Jepara, kemarin.
Untuk jumlah buah, satu pohon bisa berbuah mulai dari 80 sampai 100 biji tiap kali musim durian. Dalam satu kali musim durian, pohon miliknya hanya satu kali berbuah.
Durian yang dikenal warga setempat sebagai durian cemplongan ini sudah cukup terkenal, terutama bagi para tengkulak durian. ”Tiap musim durian, banyak tengkulak yang datang membeli. Banyak yang memesan dulu, bahkan sudah memberikan uang sebelum durian matang,” bebernya.
Kendati memiliki rasa durian yang nikmat, tak terlalu banyak serat dan rasa pahit yang sedikit, sayangnya durian ini berdaging tipis. Sebab biji duriannya tergolong besar. ”Dibandingkan dengan durian petruk, durian dari Banjaragung ini kurang tebal.
Rasanya sangat enak sebenarnya, tapi dagingnya tipis. Rasanya jauh dibandingkan dengan rasa durian yang jadi juara II dan III,” tutur Bupati Ahmad Marzuqi saat mencicipi buah tersebut.
Terkenal Seindonesia
Adapun juara II durian diraih Tugipah dari Desa Pendo Sawalan, Kecamatan Kalinyamatan dan juara III diraih Patuwi dari Desa Plajan, Kecamatan Pakis Aji.
Bupati mengaku, karena Jepara sudah terkenal seantero Indonesia sebagai daerah penghasil buah durian unggul, maka dalam beberapa kali kesempatan bertemu dengan sejumlah orang dari luar Jawa, suka ditanya terkait durian petruk.
”Belum lama ini saya ketemu orang luar Jepara. Yang ditanyakan durian petruk saja. Padahal populasinya menurun,” urainya. Secara khusus Marzuqi meminta kepada DKPP Jepara untuk mencari lahan luas guna dijadikan kebun durian.
Selain untuk mempertahankan populasi durian, juga bisa dikembangkan sebagai agrowisata. Pemulia durian, Djoko Suprihantono mengemukakan, untuk kuantitas ataupun kualitas buah durian di Jepara sebanarnya tidak terlalu banyak perubahan.
Hanya saja rasa durian sangat bergantung pada cuaca di mana pohon mulai berbunga. ”Biasanya durian yang manis adalah durian yang berbuah di awal musim.
Sebab belum banyak air yang masuk ke dalam buah akibat musim hujan,” terang Djoko. Kendati di Jepara sudah ada dua durian yang tersertifikasi, yakni durian petruk dan tarmin, setiap tahun selalu ada primadona tiap kali lomba durian digelar.
Menurutnya, di Jepara belum ada durian yang berstandar durian nasional. Sebab tidak ada ketebalan isi buahnya yang mencapai 1,5 sampai dua sentimeter. ”Durian petruk saja paling mentok 0,75 sampai satu sentimeter saja,”
(Nas)