Salatiga, Skandal
Para alim ulama, kiai dan sejumlah tokoh masyarakat memberikan dukungan kepada BRM Munier Tjakraningrat sebagai ahli waris yang sah Pakubuwono X untuk menduduki tahta Keraton Solo.
Dukungan tersebut diberikan di sebuah Joglo Sekarlangit Rt 02.RW 13 Pengon Mangun Sari, Salatiga, Jumat 30/8.
Menurut dia, hari ini adalah sejarah di mana semua ide, gagasan, pikiran, kesadaran, tekad, semangat dan keberanian
mendobrak tembok yang selama ini menghalangi kebenaran.
"Hari ini kita mendobrak sejarah yang selama ini kita dininabobokan oleh insinuasi yang dibuat di atas kebohongan,
sehingga membuat kita terpanggil untuk bergerak memperjuangkan, mengungkapkan, meluruskan
dan menjemputnya," jelas BRM Munier.
BRM Munier mengaku selama 80 tahun sangat menyadari ada sebuah kondisi
yang tidak seharusnya terjadi, berdampak kepada bengkoknya sejarah dalam kraton Surakarta.
"Percayalah bahwa hari ini adalah saksi bagi kita semua, untuk kembali meluruskan ke-bengkok-an sejarah tersebut.
Semangat dan loyalitas dari hadirin semua tentu menjadi energi tambahan
buat saya untuk kembali terpanggil dan muncul ke hadapan publik," paparnya menyebut dirinya sebagai ahli
waris yang sah dari Pakubuwono X dengan Permaisuri GKR Mas/Hemas
Menurut dia, kisruh Kraton Solo bukan soal harta, melainkan ada memanipulasi silsilah keluarga. "Kami sendiri terpanggil memperjuangkan berangkat dari idealisme untuk melawan," tegasnya.
Dia menyebut pasca wafatnya Pakubuwono XII sebuah suguhan “Akrobat” Politik di kraton jadi konsumsi publik, di mana dua pihak saling mengklaim sebagai pewaris tahta yang sah sehingga terdapat dualisme raja. saling mengklaim sebagai pewaris tahta yang sah , sehingga terdapat dualisme raja, saling berebut asset dan membangun
pembatas, penghargaan dan gelar kehormatan semu diobral agar kas
keraton yang kosong dapat terisi
"Ironisnya sampai detik ini mereka belum ada itikad baik untuk menghubungi kami agar meneruskan tahta kraton Surakarta kepada keturunan yang sah dari Pakubuwono X dan Permaisuri GKR Mas," tuturnya mengakhiri. (Zubaidah)