oleh Yahdi Basma
Dalam bahasa Arab, ARSYILA berarti orang cerdik. Nama yang biasa disematkan pada nama anak perempuan.
Arsyila adalah bayi kesayangan dari suami istri, Sefriansa dan Afriliza, warga kelurahan Lolu, kota Palu, Sulawesi Tengah (sulteng) yg bekerja sebagai buruh usaha produksi Batako di Desa Kaleke, Kabupaten Sigi, Sulteng, 15 km dari Kota Palu.
Yahdi Basma
Seperti biasa, dihari jum'at 28 September 2018 itu, Sefriansa dan Apriliza yg dikaruniai bayi cantik ini, pergi ke Kaleke, lalu menidurkan sendirian bayi Arsyila di pondok Batako yang berjarak 50 an meter dari posisinya membuat Batako.
Tiba-tiba bumi bergemuruh, disusul guncangan dasyat saat Sefriansa dan strinya hendak jedah Shalat Maghrib.
Gempa dengan kekuatan 7,4 SR magnitude itu membuat keduanya jatuh bangun diantara tumpukan batako yang berhamburan tak karuan.
Seketika itu pula, suami istri ini fokus dan berjuang menggapai pondok kecil, tempat di mana bayi Arsyila ditidurkan. Dengan terseok seok selama kira-kira 20 minit akhirnya keduanya berhasil sampai di pondok sang bayi ditidurkan tadi.
Alhamdulillah, seiring gempa mereda, dengan harap cemas yang amat sangat, keduanya temukan bayi nya masih di posisi semula, sungguh bayi ajaib.
Betapa tidak, dinding batako di kiri kanan sang bayi Arsyila itu runtuh tak tersisa. Tapi anehnya, dinding bagian kiri ambruk ke kiri.
Demikian pula sebaliknya, tempok batako sebelah kanan sang bayi itu runtuh ke kanan. Dan tentu saja, bayi Arsyila tidak alami cedera, tidak pula dia menangis.
Bahkan, matanya cuma sibuk dan lincah kian kemari bagai sedang melihat mainan lucu, Masya Allah, Tabarakallah.
Sementara sekujur tubuh dan kepalanya penuh debu, yang bahasa kaili nya rombo-rombo, tanpa sedikutpun mengenai matanya yg binar itu.
Dua puluhan menit adalah rentang waktu yg sangat menegangkan bagi Sefriansa dan istrinya itu untuk menemukan bayi nya yg hanya berjarak 50 an meter dari mereka.
Ya, Arsyila sungguh merupakan bayi ajaib yang mendapat lindungan dari Rabb Nya untuk terus arungi hidup dan masa depannya kelak.
Sekarang, kamis 18 Oktober 2018, bayi Arsyila dan kedua orang tuanya pengrajin batako itu telah 19 hari berjuang hidup bersama pengungsi lainnya di salah satu Posko bernama posko PENA'98.
Posko Pena 97 adalah Persatuan Nasional Aktivis 98 sulteng yang dikelola BANTAYA, Barisan Teman Yahdi, di jalan Gunung Silamolo, Kelurahan Lolu Selatan, Kota Palu.
Sebagaimana ribuan bayi lainnya, Arsyila adalah korban Gempa dan Tsunami Sulteng yang senantiasa masih sangat butuh dukungan segenap pihak bagi pemenuhan gizi, baju dan pempers mereka di pengungsian nan panas dingin, siang dan malam itu, astafirullah.
Demikian, salam juang kemanusiaan, dan terus semangat menyambut hari esok yang gemilang.(*)
Penulis : Caleg DPRD Sulteng dari Nasdem, dapil satu kota Palu, sekaligus korban likuifaksi Petobo.
Ibunya meninggal, rumahnya pun hancur diaduk tanah bergerak pada sesaat setelah gempa 7,4 Rs itu terjadi. (RS)