Jakarta, Skandal
SEJAK gadis hingga berumah tangga, perempuan bertubuh langsing ini tak bisa dilepaskan dari bisnis. Macam bisnis yang dilakoninya, hingga akhirnya “berlabuh” di industri sepatu dengan merek Komando
Ternyata, labelnya sebagai pengusaha, tak bisa dilepaskan saat dirinya terdaftar sebagai Calon Legistatif (Caleg). “Saya ingin kaum perempuan, khususnya ibu rumah tangga punya skill yang dapat menambah penghasilan keluarga,” jelas perempuan yang memiliki nama Anita SE ini.
Dia juga ingin jadi wakil rakyat yang transparan, akuntabel dan berguna bagi masyarakat.
Buat dia, terlebih di revolusi 4.0 yang membuat beberapa item pekerjaan tercerabut, kaum ibu punya penghasilan sebuah keharusan yang tak bisa ditawar-tawar. Bukan mustahil, gara-gara revolusi 4.0 itu juga, suami masuk daftar PHK menyusul perusahaan gulung tikar ataupun rasionalisasi. “Jadi, urusan memenuhi kebutuhan rumah tangga, tak sepenuhnya mengandalkan kepada suami. Kaum ibu juga harus bisa di era milenial saat ini,” ungkap perempuan asal Bima, Nusa Tenggara Barat ini yang berada di Dapil V, meliputi Pondok Gede dan Pondok Melati.
Makanya, “haulnya” menjadi anggota DPRD Bekasi, Jawa Barat , ini ingin memperjuangkan regulasi yang berpihak pada usaha kaum ibu. Apa saja? Anita menyebut soal kemudahan mengajukan pinjaman modal, bunga yang ringan, pelatihan-pelatihan sesuai bidang yang digeluti.Dengan begitu, dunia usaha buat kaum ibu sangat kondusif.
Karena itu, dalam kampanyenya, Anita selalu menyelipkan entrepreneurship kepada kaum ibu. Entah itu soal kecantikan, perawatan wajah dan kulit, demo-demo masak dan sebagainya. Ia membagi “pelatihan” itu berdasarkan RT, RW per kelurahan. “Ada absennya dan nomer WA-nya,” jelas alumnus Fakultas Ekonomi, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Mercusuar, Jakarta ini menyebutkan dari nomer WA itu dibuatkan grup-grup sehingga terbentuk komunitas.
Anita tak menampik, tim suksesnya melakukan duplikasi ala network marketing. Mereka mencari relawan, dan setiap relawan mengajak tetangga, sahabat maupun karibnya dalam sosialisasi tentang dirinya maupun pelatihan. Meski begitu, tetap saja ada yang aktif, pasif dan ogah-ogahan. “Ya, namanya juga relawan, tidak bisa dipaksa,” ujarnya tertawa, menyakini bahwa pendekatan pribadi lebih efektif dan efisien. Terlebih kepada perempuan.
Bagi dia, membangun emosi lewat pendekatan pribadi, lebih “nyambung” ketimbang menjual program-program memberangus korupsi, hukum harus ditegakan tanpa tebang pilih, mensejahterakan masyarakat dan sebagainya. Ia hanya memberikan solusi sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Misalnya, selain pelatihan da entrepreneur tadi, juga mengenalkan bisnis-bisnis online atau e-commers yang lebih mudah.
“Kan semua saat ini punya Hp. Ya, bagaimana Hp itu bisa diberdayakan untuk menghasilkan, bukan untuk chatt yang menghabiskan waktu,” ujarnya. Kebetulan, di tim suksesnya, ada pengusaha yang memberikan tip-tip bagaimana berbisnis online, ketimbang offline yang membutuhkan modal besar.
Menurut dia, di online sangat gampang. Ada produk yang bagus, kualitas oke dan unik, maka bisa dipotret. Lalu disebar ke instgram, wa, facebook dan sebagainya. “Jadi lebih berkesan. Emosionil kita kuat, dan semoga mereka ingat kita sampai di bilik suara 17 April mendatang untuk mencoblos nomer urut saya, nomer 3 dari Partai Nasdem kertas hijau untuk DPRD Bekasi dari Nasdem” ujarnya penuh harap, mengakhiri bincang-bincang di sekretariat PWOIN, kawasan Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. (Ian)