Jakarta, Skandal
Dulu, saat menjelang reformasi negeri ini, wartawan televisi mengajukan pertanyaan kepada Jenderal Besar (Pur) Alm AH Nasution, siapa yang bisa menyelamatkan (memimpin) negara dari kekacauan ini?
Ternyata, sesepuh Tentara Nasional Indonesia itu menyebut Amien Rais dan Prabowo Soebianto.

Prabowo saat menghadiri HUT Kopassus
Kebetulan, keduanya begitu menonjol saat reformasi. Amien menjadi leader penggerak perubahan melawan otoriter Orde Baru. Sedangkan Prabowo, yang kala itu Pangkostrad, berupaya memulihkan keamanan yang saat itu carut marut.
Amien sendiri, termasuk tokoh yang rajin mengkritik rezim saat itu. Sebut saja soal isu suksesi nasional saat cengkraman Soeharto begitu kuatnya di negeri ini.
Suksesi itu digulirkan Amien saat muktamar Muhammadiyah di Aceh yang memilih dirinya sebagai Ketua Umum. Dia menggulirkan beberapa kriteria, yang orang akhirnya mahfum ke arah Habibie, menteri kesayangan Soeharto.
Bukan hanya itu. Amien juga, saat di ICMI, mengkritik keras pengerukan Freefot, Busang dan sebagainya, termasuk monopoli sepatu OSIS oleh cucu Soeharto, Ari Sigit.
Prabowo
Sementara Prabowo, rising star tentara yang pintar, putra sulung begawan ekonomi Indonesia, Soemitro Djojohadikusumo.

Dua Jenderal Besar yang berseberangan
Meskipun sebagai menantu, seperti penuturan Nasution kepada sejumlah media saat itu, seperti TEMPO dan Forum Keadilan, paling rajin berkunjung menemui dirinya di Teuku Umar, Menteng, kediaman Pak Nas.
Padahal saat itu, penulis buku Pokok Pokok Perang Gerilya, "dimatikan perdatanya" oleh Soeharto, karena tergabung di Petisi 50. Dia diasingkan oleh tentara yang turut dibesarkannya. Bahkan tetangga dekat sekaligus juniornya, Maraden Pangabean tak pernah menemui dirinya. Semua takut jika Soeharto marah.
Akibatnya, Pak Nas - begitu sapaan akrabnya, bertanya kepada Prabowo bagaimana bila Soeharto tahu bila dia sering berkunjung ke rumahnya?
Ternyata Prabowo tidak mau peduli. Prabowo, kata Pak Nas, hanya menjawab singkat.
“Saya tidak ada urusan. Itu urusan orangtua. Pak Harto mertua dan orangtua saya dan juga senior saya. Bapak adalah orangtua saya dan juga senior saya. Sebagai perwira yang masih muda, saya ingin orangtua saya bersatu dan menjadi contoh kepada generasi muda," ujar Pak Nas, mengutip ucapan Prabowo.
Kepada Pak Nas, Prabowo mengaku dia menghargai dan menghormati para pejuang 1945. Mereka merupakan inspirasi sekaligus pemicu semangatnya di dunia militer.
Tak hanya itu. Menurut cerita Pak Nas, ternyata Prabowo sudah menamatkan baca buku karangannya, “Pokok- pokok Perang Gerilya” sejak di bangku SMA. Menurut pengakuan Prabowo ke Pak Nas, strategi perang gerilya itulah yang dipakai Prabowo saat bertugas di Timor-Timur.
Sekadar catatan, Jenderal Besar di negeri ini, selain disandang oleh Nasution, dua lainnya adalah Panglima Besar Soedirman dan Presiden Soeharto.
Menang
Kini angan-angan Pak Nas menjadikan Prabowo pemimpin - mengatasi kekacauan negeri ini, Inshaa Allah terjawab. Di Pemilu kali ini, Prabowo yang berpasangan dengan Sandiaga Uno mengantongi suara 60 persen, menggungguli Jokowi - Ma'ruf, versi Badan Pemenangan Pemilu (BPN).
"Pada tanggal 17 April, dan hasilnya memang Prabowo-Sandi menang. Walaupun sebelum tanggal 17, tanggal 17 dan setelah tanggal 17 mereka curang terus. Curangnya ini sudah tidak aturan, mereka secara masif, terencana sistematik, dan brutal," kata Djoko Santoso, Ketua BPN di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta Timur, Rabu (24/4/2019).
Toh begitu, Prabowo Sandi masih menyisihkan suara 62%, meski dicurangi. "Kalau nggak dicurangi, bisa 70 atau 80%," sambungnya.
Tak heran, ketika masuk ke padepokan itu, Prabowo pun diteriaki presiden... presiden....
Sementara Amien, menjadi tim yang mengantarkan Prabowo - Sandi ke Istana Merdeka. Dia tetap vokal mengkritisi rezim Jokowi, sesuatu yang pernah dilakukannya kepada mertua Prabowo. (Lian)