Pilkada di Buru Selatan Cederai Demokrasi?
Kamis, 23 Juli 2020 | Dilihat: 557 Kali
Buru Selatan, Skandal
Bupati Tagop Sudarsono Soulissa dalam refleksi kekuasaan dan dinasti kekeluargaan, tidak menginginkan jabatan sebagai seorang Bupati. Mereka tidak menginginkan membangun dinasti keluarga.
Tapi apa yang terjadi saat ini? Justru terbalik 360 derajat,dimana dia mendorong istrinya agar maju lagi dalam proses Pilkada yang akan berlangsung Desember nanti.
Ini sebuah proses dilematis dan pengekangan terhadap demokrasi negara dan sudahlah barang tentu akan terjadinya pelemahan sistem ataupun regulasi akibat faktor kekuasaan dan cenderung tidak menutup kemungkinan akan terjadinya intimidasi kekuasaan itu sendiri.
Sebab akan mempengaruhi kestabilan dalam demokrasi 5 tahunan tersebut, lebih cenderung akan terjadi seorang penguasa yang nota bene sang suami sendiri akan mengambil peran sebagai seorang eksekutor kekuasaan Ini sebagai bentuk pencederaan demokrasi yang tidak beretika,maka
proses demonstrasi yang dilakukan didepan gedung KPK Jakarta pusat sudah berulang kali, dan pendemo telah diterima langsung oleh Humas KPK.
Di hadapan pendemo, Humas KPK menyatakan dalam waktu dekat akan memanggil Bupati Buru Selatan Tagop Sudarsono Soulissa. Pemanggilan sebentar nanti merupakan panggilan yang kedua kalinya,dimana panggilan pertama Bupati statusnya dalam penyelidikan dan panggilan yang kedua statusnya telah ditingkatkan menjadi penyidikan.
Maka demikian Tagop Sudarsono Soulissa sudah sepantasnya di tahan,dan Humas KPK akan mengumumkan penangkapan tersebut lewat jumpa pers yang diliput oleh media elektronik maupun medai cetak Nasional yang berhubungan dengan penangkapan tersebut.