Jakarta, Skandal
Festival Kampoeng Laksa dibuka secara resmi oleh Camat Tambora Djaharuddin di Jalan Laksa, Jembatan Lima, Minggu kemarin, 13/5.
"Dengan mengucapkan bismillahirohmannirrohim, festival ini secara resmi saya buka," ujar Camat, disambut tepukan tangan para hadirin, di antaranya Lurah Jembatan Lima Jhoni Palar, Kesbang Walikota Jakarta Barat, Perwakilan dari Unit Pengelolaan Kota Tua, RW 02, Chairul Anwar, H. Sudarto, Calon Senator DKI Jakarta dan tokoh-tokoh masyarakat.
Camat dalam sambutannya memberikan apresiasi Festival Kampoeng Laksa, meski berjalan dengan sederhana.
"Saya kagum kepada panitia dapat melaksanakan festival ini dengan segala keterbatasannya," jelas Camat, menyebut Karang Taruna yang bekerja all out hingga festival dapat berjalan.
Bahkan ke depan, Camat berjanji festival ini akan dilaksanakan secara rutin, lebih meriah dan menarik. "Apalagi kampung ini, asal muasal Laksa yang sangat terkenal sebagai makanan khas budaya Betawi," tuturnya.
Apalagi, kawasan Jembatan Lima menjadi sub bagian dari destinasi wisata Kota Tua, sehingga keberadaan festival ini sangat menarik. "Lewat kuliner budaya Betawi maupun heritage yang ada di sini, dapat meningkatkan potensi wisata Kota Tua," tambah Camat.
Di festival ini, dijajakan makanan khas laksa, juga ada kue dongkal, ongol-ongol dan kuliner lainnya. Lalu cindera mata berupa miniatur ondel-ondel, minuman segar dan busana-busana khas Betawi.
Selain itu ditampilkan beberapa pentas seni, seperti pencak silat baik palang pintu saat menyambut undangan, jurus-jurus tertentu yang menjadi khas silat betawi, shalawatan dan lenong Fatimeh yang ditampilkan Karang Taruna Kampung Krendang, Jakarta Barat.
"Ada tiga S ciri orang Betawi, yaitu sholat, shalawatan dan silat. Kalau tidak 3 S, bukan orang Betawi," ungkap H. Arief, ustad yang juga salah satu tokoh masyarakat kawasan Kota Tua. (Ian)