Jakarta, Skandal
Ketua Umum Lembaga Independen Pemantau Anggaran (LIPA) menenggarai bencana banjir bandang sejumlah kabupaten di Bengkulu yang terjadi bulan lalu akibat sejumlah perusahaan perkebunan sawit lainnya tidak mentaati aturan main.
"Mereka punya andil atas bencana tersebut," ungkap Ketua Umun LIPA, RY.Untoro.
Untoro mengaku pihaknya sudah lama menyoroti dari mulai Surat Izin Usaha Perkebunan, Amdal, pajak, pelestarian lingkungan dan taat pada peraturan.
"Perusahaan itu diduga melanggar," jelas Untoro menyebut beberapa perusahaan sawit, seperti PT A, PT AM, DDP.
RY.Untoro mengaku pihaknya sudah mengingatkan berbagai pihak akan dampak lingkungan jika para pengusaha ini tidak mentaati aturan yang berlaku.
"Hari ini lihat hampir seluruh wilayah Bengkulu habis dilumat banjir bandang," katanya.
Mantan aktivis 88 ini mendesak pemerintah pusat dan kementerian kehutanan RI agar segera melakukan tuntutan dan mendesak pihak yang menikmati keberadaan perusahaan membandel ini agar diperiksa sesuai aturan hukum.
Akibat banjir bandang kemarin sebanyak 8 Kabupaten antara lain Kaur, Bengkulu Utara, Bengkulu Tengah, Bengkulu Selatan, Kapahiang, Lebong, Rejang Lebong dan seluruh kota Bengkulu rata terdampak banjir dan bandang tersebut.
Sebanyak 10 orang meninggal, 8 hilang, 2 luka berat dan 12.000 orang mengungsi, 3.880 orang terdampak bencana, 84 rumah hancur, 4 fasilitas pendidikan rusak barat, 40 Titik infrastruktur tidak dapat digunakan lagi. Kerugian material diperkirakan mencapai Rp 138 milyar.
"Belum kerugian lain baik moral,psikologis masyarakat dan anak anak, waktu dan tenaga serta kehilangan kesempatan berkembang lebih cepat. Bila begini kami harus dari nol lagi” ujar seorang penduduk kesal, meminta perusahaan sawit ditinjau keberadaannya.
Ketua Umum LIPA, RY.Untoro berjanji akan mulai melakukan investigasi dan upaya tuntutan atas keberadaan perusahaan perusahaan sawit di. sana.
Makanya ke depan, dia akan menggandeng beberapa Lembaga dan LSM agar keberadaan mereka dapat ditertibkan, sehingga bencana seperti sekarang ini tidak terulang lagi. (Tim)