Alumni Jerman Bentuk Linkom Aljer
Senin, 29 Oktober 2018 | Dilihat: 2531 Kali
Jakarta. Skandal
Para alumni mahasiswa beberapa univesitas di Jerman mendeklarasikan berdirinya Lintas Komunikasi Alumni Jerman yang disingkat Linkom Aljer. Deklarasi dilakukan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda di Restoran Batik Kuring, 29/10
Batara R. Hutagalung, pemrakarsa deklarasi tersebut menyebutkan Linkom Aljer ini memiliki visi terwujudnya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD ’45 yang disahkan 18 Agustus 1945, dilaksanakan secara murni dan konsekuen sesuai cita-cita para pendiri bangsa dan negara Indonesia.
"Memang sudah ada beberapa organisasi alumni Jerman, namun orang Indonesia yang pernah kuliah di Jerman sejak tahun 1970-an jumlahnya mencapai belasan ribu. Jadi beberapa organisasi alumni Jerman yang sudah ada, tidak dapat menampung seluruh alumni Jerman yang tersebar di seluruh Indonesia," tutur Batara Hutagalung. Karena tidak tertampung, otomatis tidak dapat menyalurkan semua aspirasi para alumni.
Di mata Linkom, Aljer masalah utama yang dihadapi masyarakat Indonesia saat ini, kesenjangan di bidang ekonomi akibat ketidak-adilan karena tidak dilaksanakannya Pancasila dan UUD ’45 secara murni dan konsekuen.
"Khususnya sila kelima Pancasila dan Pasal 33 UUD ’45 yang disahkan pada 18 Agustus 1945," tandasnya.
Karena itu Linkom Aljer yang dirancang sebagai wadah pemikir (Think Tank), akan berpartisipasi dalam menyampaikan gagasan-gagasan yang dihasilkan melalui seminar-seminar dan konferensi-konferensi ilmiah, baik nasional maupun internasional.
Linkom Aljer menilai visi mereka dapat diwujudkan pasangan Capres/Cawapres Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.
Linkom Aljer diresmikan oleh Ketua Umum Dipl. Ing Deddy Achmad Toekan, yang kemudian memperkenalkan beberapa anggota pengurusnya, seperti Dr. Med. Faizal Kamil, Wakil Ketua, Meidy Juniarto, SH, Wakil Ketua, Dipl. Ing. Solehudin I. Togubu, Sekjen, Ir. Teuku Agam Saifudin, Bendahara Umum dan Dr. Iwan Tutuka Pambudi, Dewan Pakar.
Acara peresmian tersebut juga dihadiri oleh Laksamana TNI (Purn.) Tedjo Edhi Purdijatno, Mantan KSAL/Mantan Menko Polhukam dan Irjen Pol (Purn.) Hidayat Fabanyo, Mantan Wakapolda Maluku Utara.
Dalam sambutannya, Tedjo Edhi mengapresiasi tujuan para alumni Jerman untuk ikut berkiprah dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia, karena alumni Jerman memiliki potensij besar di berbagai bidang ilmu pengetahuan yang dibutuhkan untuk pembangunan.
Tedjo Edhi juga menuturkan pengalamannya selama 4 bulan di Jerman, dalam rangka mengambil kapal-kapal perang yang dibeli oleh Indonesia dari Jerman.
Pada acara peresmian Linkom Aljer tersebut, Batara juga memberikan ceramah dalam rangka memperingati 90 tahun Sumpah Pemuda, dengan judul Revitalisasi Sumpah Pemuda. Dijelaskan sejarah penjajahan, perbudakan dan penjongosan yang dialami oleh leluhur bangsa Indonesia.
Dalam kongres pemuda yang dilaksanakan pada 28 Oktober 1928, para pemuda pribumi yang tergabung dalam berbagai organisasi pemuda dari berbagai etnis, a.l. Jong Ambon, Jong Java, Jong Minahasa, Jong Sumateranen Bond, Jong Batak, dll. di wilayah jajahan Belanda sepakat untuk melepaskan identitas etnis mereka dan mengucapkani ikrar, mengaku bertanah air, berbangsa dan berbahasa yang satu, yaitu INDONESIA.
Di sini dicetuskan gagasan untuk mendirikan bangsa Indonesia dan negara bangsa (nation state). Organisasi-organisasi pemuda yang berdasarkan etnis tersebut kemudian meleburkan diri ke dalam satu wadah baru, Indonesia Muda.
Gagasan mendirikani bangsa Indonesia negara bangsa (nation state) diwujudkan tanggal 17 Agustus 1945. Sebagai entitas politik, bangsa Indonesia dan negara Indonesia baru ada sejak tanggal 17 Agustus 1945.
Para pendiri bangsa dan negara, terutama Bung Karno, lanjut Batara, tidak henti-hentinya mendengungkan perlunya disusun konsep untuk membangun bangsa dan jatidiri bangsa (nation andu character buliding).
Ternyata, hal itu, terabaikan sejak tahun 1998 yang nyaris tidak terdengar lagi upaya untuk menyusun konsep membangun bangsa dan jatidiri bangsa seperti yang dicita-citakan oleh para pendiri negeri ini.
"Yang terdengar sekarang hanya slogan-slogan kosong tanpa makna dan hanya sekadar pemanis bibir," tegas Batara mengakhiri