JAKARTA, Skandal
Kota Tidore, Maluku Utara, akan menjadi persinggahan terakhir Ekspedisi Napak Tilas Magelhaens pada 2019-2021. Karena itu, Indonesia harus mempersiapkan diri secara maksimal menyambut kedatangan para peserta ekspedisi.
Diketahui, Napak Tilas 500 Tahun Ekspedisi Magelhaens itu rencananya diikuti peserta dari 12 negara dan akan melewati 23 kota yang tergabung dalam GNMC (Global Network Magellan Cities). Ekspedisi itu dimulai di Kota Sevilla, Spanyol, pada 20 September 2019, dan akan berakhir di Tidore pada 8 November -18 Desember 2021.
Deputi Bidang Sumber Daya Manusia, IPTEK, dan Budaya Maritim Kemenko Maritim Safri Burhanuddin mengatakan, 500 tahun napak tilas ekspedisi Magelhaens itu lebih menarik jika dilihat dari aspek pengaruh Portugis sebagai asal Magelhaens, terhadap kebudayaan Nusantara.
”Momentum ini juga bisa dimanfaatkan bangsa Indonesia untuk mendekatkan hubungan dengan Portugal dan Spanyol. Ini akan memberi dampak terhadap kekuatan pariwisata dan politik Indonesia,” ujar Safri saat Forum Group Discussion (FGD) Membedah Ekspedisi Magelhaens-Elcano dan Implikasinya yang digelar Kementerian Koordinator (Kemenko) Maritim di Jakarta, Rabu (6/6).
Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid juga menyatakan, Indonesia harus mampu membuat narasi bagus menyambut kedatangan tim ekspedisi Magelhaens itu.
”Narasi itu bukan sekadar penyambutan kedatangan rombongan ekspedisi kemudian hilang begitu saja. Tapi ceritanya harus terus berlanjut,” ujar Hilmar.
Karena itu, Dirjen Kebudayaan meminta narasi itu dikemas secara maksimal, sehingga mampu mengangkat Indonesia, khususnya Tidore, sebagai bagian dari pelaku sejarah dalam ekspedisi itu.
“Kita harus membuat narasi yang akan membuat mereka tercengang melihat Tidore. Cerita seperti ini yang perlu dihadirkan menyambut ekspedisi napak tilas Magelhaens,” tegas Hilmar.
Sementara narasumber lain, Ketua Umum Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Hendardji Soepandji mengatakan bahwa Indonesia perlu melakukan sesuatu yang besar dalam menyongsong napak tilas Ekpedisi Magelhaens itu.
Terlebih, tim ekspedisi akan berada di Tidore selama 40 hari, sesuai jadwal tim Magelhaens di pulau itu 500 tahun lalu. Namun, dia menilai penyambutan itu tidak hanya seremoni, melainkan harus memiliki dampak nyata terhadap masyarakat Tidore dan Maluku Utara. Salah satunya, dampak ekonomi bagi masyarakat setempat.
“Jadi, ekspedisi ini harus punya dampak terhadap berkembangnya global tourism, peningkatan dan perbaikan ekonomi negara singgah, pemberdayaan teknologi bagi negara singgah, serta pengembangan ilmu pengetahuan pada negara singgah,” tutur mantan Komandan Puspomad itu.
Karena itu, Hendardji mengatakan Indonesia harus segera melakukan aksi jelang event maritim akbar tersebut. Apalagi, momentum itu sejalan dengan kebijakan Pemerintah Pusat tentang Poros Maritim Dunia.
“Kegiatan napak tilas Magelhaens di Indonesia ini akan memperkuat jati diri bangsa sebagai bangsa maritim, sehingga kegiatan ini harus dapat dijadikan momentum untuk pembangunan dan pengembangan wilayah Indonesia Timur, khususnya Maluku Utara,” kata Hendardji.
Dia menambahkan, karakteristik Maluku Utara sebagian besar perairan itu perlu dikelola secara lebih maksimal untuk kesejahteraan masyarakat setempat. Sehingga, pertumbuhan ekonomi di Indonesia Timur terus membaik. Maluku Utara memiliki peluang emas untuk melakukan “Branding Event” melalui Sail Tidore.
Momentum ekspedisi Magelhaens di Maluku Utara itu juga harus dapat memanfaatkan potensi kelautan sebagai prioritas utama pembangunan. Antara lain, membangun wisata bahari berkesinambungan yang akan memberikan dampak terhadap kesejahteraan masyarakat setempat. Kedua, pemberdayaan masyarakat nelayan untuk secara aktif ikut mengelola potensi kelautan sampai ZEE. Sebab, ZEE yang kosong akan jadi ancaman potensial bagi pertahanan negara.
Di sisi lain, Direktur Eropa I Kementerian Luar Negeri Dino Kusnadi menegaskan, Indonesia harus mengambil peran besar pada napak tilas ekspedisi Magelhaens tersebut. Sebab, Indonesia adalah peserta kunci dalam napak tilas tersebut.
“Tanpa Indonesia, Magelhaens tidak ada. Ekspedisi ini akan jadi momentum bagus bagi hubungan Indonesia Portugal, negara asal Magehaens, meski saat ekspedisi 500 tahun lalu dia mendapat tugas dari Raja Spanyol. (Ril)