Pati, Skandal
Meski sosoknya perempuan, tapi kiprahnya sebagai Caleg patut mendapat acungan jempol. Ia wara wiri menemui masyarakat di Dapilnya, Kecamatan Gunungwungkal.
Bahkan, perempuan berkulit putih ini, bukan hanya sekadar menyapa, bicara basi basi kepada konsituennya. Tapi juga berbuat sesuatu, sekaligus mengabdi kepada masyarakat, pemegang kedalautan negeri ini.
Lihat saja pengabdian Wara, begitu sapaan akrabnya, saat ini. Ia menggelar pengobatan gratis di yayasan Zam Zam Sangga Buwana, di Desa Jembulwunut Kecamatan Gunungwungkal Kabupaten Pati.
"Yayasan ini saya buat untuk kepedulian sosial," jelasnya. Selain pengobatan gratis, juga menampung anak yatim piatu, orang terlantar dan orang gila.
Lainnya? Single parent dua anak ini tersenyum. "Saya membuka warung makan," desisnya perlahan, menyebut nama warungnya diberi nama Warung Kebangsaan.
Di warung itu, siapa saja boleh makan gratis, tanpa dipungut bayaran. Kok begitu? "Saya ingin mengabdi kepada masyarakat, pemegang kedalautan," ujarnya.
Buat dia, pemegang kedalautan ini harus dimakmurkan, di "wongke", dipenuhi kebutuhan hidupnya. Terlebih, alumnus Universitas Negeri Sebelas Maret Solo ini, suka blusukan ke pelosok desa dengan Land Lovernya. Ia melihat masih banyak hidup pemegang kekuasaan itu dililit pelbagai persoalan. Mulai ekonomi, kesehatan dan sebagainya.
"Semua itu membuat motivasi saya nyaleg makin tinggi," ujarnya bersemangat. Ia ingin memperjuangkan regulasi ke wong cilik, sebuah kalangan mayoritas negeri ini.
"Ini haul saya," tegasnya. Ia merasa, dari wara wirinya itu, menjadi bagian dari mereka. Makanya, dari relung hatinya paling dalam, ada selalu keinginan memberi.
"Saat ini, sesuai dengan kemampuan, baru pengobatan gratis dan Warung Makan Kebangsaan," ujarnya perlahan. Ia juga memberikan bantuan modal ke warung-warung kecil agar distribusi kebutuhan sehari-hari tercukupi.
Padahal, jika menoleh ke belakang, Caleg no urut 2 dari Perindo ini, terbilang mapan. Ia mantan guru SMPN Tlogowungu dan Gunung Wungkal, lalu ditarik ke Kantor Dinas Pendidikan Pati.
Namun, atribut sebagai PNS ini, tidak membuatnya betah. Di 2008 ini, alumnus SMA Tayu ini, keluar sebagai PNS. Ia bergelut dengan aksi dan kepedulian sosial.
Bahkan, di 2019 ini, kepeduliannya ditingkatkan menjadi calon legistatif Kabupaten Pati. Sebab, dengan jadi DPRD, perjuangaannya terhadap masyarakat lebih luas. Ia ingin berjuang dengan regulasi yang condong ke masyarakat, sekaligus mengawal dan mengontrol pembangunan.
"Saya juga membuat Laskar Kali Jaga, yang mengawasi korupsi untuk membantu pemerintah," jelas Wara, menyebut korupsi musuh rakyat yang harus dibasmi sampai ke akar-akarnya.
Wara mengaku, semua yang dikerjakan saat ini demi membesarkan Perindo, partai yang terbuka, menjaga NKRI dan kebhinekaan.
"Semua ini masih dari kocek pribadi," akunya terus terang. Ia berharap, Perindo Pusat, Daerah dan Kabupaten memberikan dukungan terhadap apa yang diupayakan saat ini.
"Walau tidak ada dukungan, saya akan tetap mengabdi kepada rakyat Pati, tempat saya dilahirkan dan dibesarkan," ujarnya dengan penuh semangat dan antusias. (Jojo)