Sujiwo SE
Kamis, 08 November 2018 | Dilihat: 860 Kali
naskah

Abdul Hamdallah72
kepada saya
0 menit yang lalu
Detail
Sujiwo SE: Hoax “Virus” Pemecah NKRI
Nama Sujiwo tiba-tiba jadi “buah bibir” sesama peserta Munas ke-IV Ikatan Penulis dan Jurnalstik Indonesia (IPJI), di Hotel Grand Cempaka, 28 Oktober lalu. Bahkan, ada menyebut, Sujiwo itu budayawan kondang yang suka muncul di acara Indonesia Lawyer Club (ILC) yang “digawangi” oleh “Uda Datuk Karni Ilyas”.
Betul begitu? Usut punya usut di Panitia Pelaksana (Panpel) ternyata bukan. Sujiwo di sini, ada embel-embelnya: sarjana ekonomi. Dia politisi tulen asal Kubu Raya, Kalimantan Barat. Di Pilkada kemarin lalu, lelaki bersahaja ini, menjadi wakilnya Muda Mahendrawan SH, maju bertarung menjadi “orang pertama” di Kabupaten Kubu Raya.
Alhamdulillah, Muda-Jiwo, diamanatkan masyarakat membangun Kubu Raya. Keduanya menjadi Bupati dan wakil Bupati, di periode mendatang. Duet pengusaha dan politisi ini diharapkan mampu menggeliatkan pembangunan Kubu Raya.
“Saya hadir di Munas IPJI ini sebagai kapasitas pribadi. Kebetulan saya anggota IPJI,” ujar Sujiwo yang menjadi Pembina IPJI Kalimantan Barat ini kepada anggota IPJI dari pelbagai daerah. Ia datang bersama rombongan IPJI Kalimantan Barat, Riyanto SPD (Ketua), Evi Novianti (Sekretaris), A. Rakhman Hudri SIP (Bendahara).
Ia mengaku senang sekali berada di “rumah jurnalis dan penulis”, sekaligus temu kangen dengan anggota IPJI yang tersebar di pelbagai daerah. Terlebih, usia IPJI sudah 19 tahun, sebuah usia yang cukup matang dalam berorganisasi.
“Kita berharap ke depan IPJI selain dapat mengedukasi masyakarat lewat informasi, juga melahirkan jurnalis kekinian yang mampu menjawab perubahan zaman, terutama mengeliminasi hoax,” ujarnya kepada Marlon Brando, Prayogi dan Lian Lubis didampingi IPJI Kalbar yang mencegatnya saat rehat Munas. Berikut petikan politisi yang kini menyebut dirinya non partisian. Kutipannya:
Bagaimana Anda melihat Munas IPJI ke-IV ini?
Wah, sangat bagus. Apalagi Munas kali ini sangat istimewa, karena ada suksesi setelah Pak Taufiq menyatakan tidak mau dipilih kembali.
Soal pembekalan dari Kominfo tadi?
Wah bagus sekali (mengacungkan jempol). Bayangkan saja, masyarakat kita hanya sekitar 6 menit terlepas dari Hp maupun smartphone menerima lebih dari 1 kali hoax setiap hari. Setelah itu mencari-carinya di mana Hp? Apalagi hasil penelitian yang dilakukan masyarakat telekomunikasi 2016 lalu. Lebih dari 44% masyarakat kita menerima satu hoax setiap hari. Sedang 17.20% menerima lebih dari satu kali hoax.
Jadi hoax saat ini benar-benar musuh bangsa yang bisa membahayakan NKRI. Di sinilah peran IPJI dapat mengeleminasi Hoax lewat anak organisasinya, seperti Media Online Indonesia (MOI) dan Perkumpulan Wartawan Online Nusantara Independen (PWO IN).
Oke. Dari data tadi, hoax yang paling banyak diterima masyarakat Kubu Raya?
Maksudnya?
Politik atau SARA?
Ya, karena tahun ini tahun politik, paling banyak ya politik. Lalu SARA. Paling mengkhawatirkan masalah agama. Inilah yang bisa memecah belah bangsa. Jadi, hoax ini bukan tugas Negara saja, juga semua komponen bangsa harus ikut memberangusnya. Kita tidak boleh membiarkan hoax menjadi virus pemecah NKRI
Sebagai Wakil Bupati terpilih, bagaimana Anda mengantisipasinya?
Saya pikir ada instansi terkait, yaitu Koinfo, dan di daerah ada dinas-dinasnya. Mereka memberikan sosialisasi sekaligus mengimbau masyarakat agar bisa selektif menerima berita. Kalau memang membendung, itu tidak mungkin di era seperti ini. Kita harus mengingatkan untuk sering bertanya tentang berita-berita itu.
Dan memang, pengaruh berita hoax itu, sangat luar biasa. Saya tahu persis. Saya dan teman-teman selalu memberikan pencerahan dan menangkis hoax, tapi kami kewalahan. Cukup besar volumenya mereka yang menerima hoax
lalu, harapan anda bagi jurnalis sendiri?
Nah, itu dia. Saya berharap mereka juga menyajikan berita yang akuratlah. Verifikasi dulu fakta-faktanya, jangan hanya dinaikkan saja. Buat saya, harapan ini tidak hanya berlaku bagi IPJI dan dua anak organisasinya, juga bagi media mainstream. Ingat, berita yang langsung dipublish, bisa menciptakan opini public lho. Jagalah akurasinya.
Alhamdulillah, masih sangat baiklah. Kan saya anggota IPJI dan politisi. Jadi saya tahu persislah bagaimana cara pendekatannya dan berkawan kepada kalian (tertawa). Pokoknya semua masih positif dalam tataran pemberi informasi dan mengedukasi.
Saya berharap IPJI pun tetap jadi “partner” pemerintah dalam mendistribusikan informasi dan edukasi yang positif. Terus pertahankan itu. Makanya, saya betah kan jadi anggota IPJI, seperti kalian…. (tertawa bersama-sama)