Skandal NTB
Namanya Puspahani , S.PdI. Usianya terbilang muda, kelahiran 1Juli 1987.
Layaknya seusia, perempuan sederhana ini, bukan menekuni sebagai wanita karir atau berwirausaha. Minatnya justru pada politik.
Lho buktinya, perempuan yang akrab disapa Pahani ini, tercatat sebagai politisi Partai Gerakan Indonesia Raya(GERINDRA). Ia menjadi menjadi calon Wakil Rakyat DPRD Kabupaten Lombok Timur 2019.
Perempuan kelahiran Monjet, Desa Surabaya, ini mendapat nomor urut 10. Dia bertarung di Kabupaten Lombok Timur, Dapil 2 KLS.
Di pentas politik, anak seorang Pekasih di Dusun Monjet, Desa Surabaya Sakra Timur, ini termasuk pendatang baru. "Saya terpanggil untuk lebih peduli terhadap masyarakat, terutama di Desa Surabaya dan Sakra Timur secara utuh," jelas sulung dari 3 bersaudara ini.
Ia menyebut, misalnya peduli terhadap anak yatim/piatu,orang tua jumpo/miskin, peduli terhadap guru ngaji dan marbot masjid , peduli terhadap buruh, peduli terhadap petani dan nelayan, peduli terhadap masyarakat yang terkena musibah meninggal dunia. Dia selalu memberikan bantuan secara moral dan materi sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang di milikinya.
Menurut dia, banyak pekerjaan yang harus dikerjakan untuk kebaikan bersama masyarakat. Mereka membutuhkan perhatian dan perubahan, terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Misalnya ikut membantu pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan ,menciptakan lapangan pekerjaan bagi kaula muda yang potensial, membantu mereka memiliki life skill, atau keterampilan seperti perbengkelan, menjahit, tata rias,pertukangan,pengrajin lokal,usaha bakulan dan masih banyak yang lain.
Dia berharap, kehadirannya di tengah keluhan masyarakat, setidaknya bisa memberikan solusi dan sumbangsih yang terbaik bagi masyarakat Sakra Timur khususnya dan wilayah Lombok Selatan pada umumnya. Semua itu agar mereka lebih maju ,religius dan bermartabat.
Sebagai kaum perempuan yang muda, Puspahani punya cara untuk merangkul anak-anak muda hingga kalangan seusianya. Dia bergabung dengan komunitas-komunitas anak muda yang aktif dalam berbagai kegiatan. Misalnya, di Pemida Baya FC dan Semeton Ite yang ada di Desa Surabaya, atau kalangan muda yang berperan aktif di dalam membangun sumber daya manusia.
Dia menilai anak-anak muda itu harus di sentuh hatinya, mendukung terhadap semua program kegiatannya dan melakukan pembinaan-pembinaan, intens berkomunikasi baik secara lansung maupun melalui media sosial.
Puspahani menyadari bahwa pengalamannya masih kalah jauh ketimbang para seniornya di partai Gerindra. Maklum ia baru bergabung di PIRA (Perempuan Indonesia Raya) sejak 2018 lalu.
Namun itu bukan menjadi kendala baginya. "Saya punya niat baik ,cita-cita dan rencana untuk melakukan perubahan, berbuat untuk kemaslahatan masyarakat yang bisa di rasakan asas mamfaatnya oleh masyarakat," tuturnya.
Ia juga melakukan pendekatan dengan pengambil kebijakan yaitu pemerintah daerah dan pemerintah pusat, atau menjemput bola di tingkat kementrian seperti yang sudah dilakukannya: membuka jalan usaha tani seperti di Desa Surabaya.
"Sumbernya dari Kementerian Tenaga Kerja RI dengan nilai Rp.164 juta. Masyarakat bisa menikmati dan merasakan manfaatnya. Walau saya belum menjabat, tetapi sudah bisa berbuat untuk kemaslahatan bersama. Kita berkomunikasi dan memberiinformasi kepada pemerintah dan masyarakat untuk membuat program yang baik untuk masyarakat," tuturnya mengakhiri.(007MA)