Meski Dilema, Kepulangan WNI Eks ISIS Harus Dikarantina
Jumat, 07 Februari 2020 | Dilihat: 1133 Kali
Anthony Siagian
Jakarta, Skandal
Keinginan sekitar 660 WNI yang tergabung dengan ISIS di Suriah ke Tanah Air menjadi dilema besar bagi bangsa ini.
"Apalagi ISIS itu identik dengan teroris, sekaligus jadi musuh negara-negara di dunia. Mereka membunuh di luar batas kewajaran," papar lawyer Anthony Siagian.
Di satu sisi, mereka adalah WNI, saudara sebangsa dan setanah air."Jadi sah-sah saja jika mereka ingin pulang. Rindu kampung halaman," paparnya.
Dari sisi kemanusiaan, menurut dia, mereka tak ubahnya anak yang salah jalan. Mereka, setelah menyadari kekeliruannya, merasa menyesal dan ingin kembali ke orang tuanya.
"Lantas, apa ditolak? Tentu sebagai orang tua kita pasti menerima. Bahkan terus berdoa agar anak kita bertobat, kembali ke jalan yang bnar," ujar pengacara yang akrab dengan persoalan wong cilik.
Cuma, jika tidak peduli, membiarkan mereka terlunta-lunta di negeri orang, itu namanya tidak berperikemanusiaan, alias zolim sesama anak bangsa.
"Jadi, sebagai bapak, kita tidak akan membiarkan mereka terlunta-lunta," jelasnya.
Menurut Anthony, jika pemerintah memutuskan memulangkan mereka kembali, maka pilihannya harus di karantina terlebih dahulu. Mereka harus dibimbing kembali sesuai dengan keyakinananya. "Saya yakin, semua agama tidak mengajarkan umatnya membunuh. Semua berdasar kasih sayang," ungkapnya tersenyum, menyebut karantina itu bisa satu tahun atau lebih.
"Terserah kepada pemerintah," tegasnya, menilai ISIS bukan suatu negara yang sah atau diakui. Dia sendiri, sesama anak bangsa, kiranya memberikan pengampunan terhadap mereka.
Terkait aturan hilangnya kewarganegaraan seseorang yang berlaku, karena masuk dalam tentara asing tanpa ijin dari President, dinilai Anthony adalah suatu tentara yang sah dari suatu negara. Sementara ISIS bukan negara, kecuali kelompok radikal yang melekat dengan sebutan teroris.
"ISIS itu bukan negara," tandasnya berulang-ulang.
Terlebih, dari sekitar 660 WNI di sana tidak semuanya aktif. Ada anak-anak, terutama perempuan, yang semuanya belum tentu setuju dengan cara-cara ISIS yang mereka saksikan di Suriah.
"Saya yakin tidak semua pro dengan ISIS. Mereka juga menolaknya," jelas Anthony saat bincang-bincang di kantornya, kawasan Cileduk, Jakarta Selatan. (Bak)