Solo Skandal
Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Jawa Tengah Partai Berkarya mulai kisruh. Sang Ketua Slamet Warsito yang sejak awal berjuang membesarkan DPW Partai Berkarya hingga penyelenggaraan Rapimnas d Solo Maret lalu, diotak-atik oleh sesama kader Berkarya.
Bahkan aroma fitnah mulai disebar menerpa SW, begitu sapaan akrabnys. Di antaranya, seperti yang beredar di WA, lelaki berkumis itu menerima bantuan dari petinggi DPP sebesar Rp 1 miliar. Dana tersebut semestinya diperuntukan bagi operasional DPD-DPD Jateng. Namun nyatanya tidak terdistribusi secara transparan.
"Semua itu fitnah untuk mempengaruhi teman-teman DPD se-Jateng," bantah SW, sekaligus mengungkap biang keladi pemicu berubahnya Rakorwil menjadi Rapimwil.
Upaya itu terlihat kasat mata tatkala haul DPW Jateng Berkarya menggelar Rakorwil di Hotel Lorin Solo, 21/5, ditelikung menjadi Rapimwil. Itu terlihat dari penguasaan ruangan sidang, Ballroom Kencono dipenuhi para peserta berseragam kuning.
"Tapi itu tidak jelas, apakah itu para kader Berkarya atau orang sewaan," papar sumber Skandal. Teryata, dari penelusuran adalah orang sewaan.
Ruangan itu dijaga ketat oleh para keamanan. Mereka menjaga pintu masuk, sehingga saat SW
masuk ruangan sidang dihambat masuk.
Akibatnya, seorang pendukung SW berteriak melawan penjaga keamanan. "Kamu ini Satpam atau tukang jaga Satpam? Tidak berhak menjaga sidang, kecuali garda dan satgas," teriak Rio Capelo, pemuda asal Indonesia Timur, yang dikenal pendukung SW.
Di arena sidang, Sekjen Partai Berkarya masih memberikan Pandangan Umum tentang Rakorwil yang ditingkatkan menjadi Rapimwil. Sementara pimpinan sidang rapat dikemudikan langsung oleh Begug Purnomosidi.
Sas sus menyebutkan, mantan Bupati Wonogiri itu diduga memaksakan kehendak Rakorwil di tingkatkan menjadi Rapimwil dengan harapan mempermudah dirinya sebagai ketua dpw jawa tengah.
Suasana makin panas, saat para Ketua DPD menyampaikan pendapatnya tentang agenda rakorwil. Bukan hanya diwarnai teriakan, saling interupsi dan bantah, nyaris saling pukul di ruang sidang, hingga dilerai oleh satgas garda.
Mico, Ketua DPD Berkarya Purworejo memberikan usulan yang memojokan kinerja Ketua DPW Jateng.
Usulan Mico di tentang oleh Ari, Ketua DPD Berkarya Banjarnegara yang sempat ribut dan nyaris fisik. "Ini sidang Rakorwil ya Rakorwil bukan Rapimwil, karena surat undangannya Rakorwil bukan Rapimwil," tutur pria berperawakan gendut.
Karena suasana makin tidak terkendali, Sekjen Priyo Budi Santoso memberikan arahan kepada seluruh peserta rakorwil. Namun SW interupsi meminta waktu agar dirinya juga harus diberi kesempatan memaparkan orasinya.
"Saya tidak setuju jika Rakorwil di jadikan Rapimwil. Berkarya di Jateng bisa menjadi besar berkat perjuangan bersama. Tapi perjuangan ini justru dinodai oleh kelompok orang yang tidak suka," terang SW bekaca kaca.
Meski ditekan dalam Rakorwil di hadapan DPD Jateng, namun sw tak gentar. "Siapa di antara para Ketua DPD se-Jateng tidak menerima uang pribadi dari saya? Ayo ngacung," pinta SW. tegas.
Demi cintanya membangun Partai Berkarya, SW banyak melakukan pengorbanan luar biasa. Di antaranya, saat ayahnya sakit, SW jarang menemani, hingga meninggal dunia.
Ketika pukul 18.00 WIB, rapat di tutup bersamaan magrib untuk berbuka puasa. Lalu sekitar pukul 20.00 WOB di buka kembali. Pimpinan sidang memberikan tiga opsi kepada peserta, pertama setuju Rakorwil menjadi Rapimwil. Kedua, setuju Rapimwil dengan penambahan pengurus. Ketiga tidak setuju Rapimwil, tapi setuju penambahan pengurus.
Tapi, mantan Bupati Wonogiri tetap setuju Rapimwil agar SW lengser.
Akhirnya, saat pukul 23.00 WIB, ternyata pimpinan rapat tidak bisa melengserkan SW, diiringi teriakan teriakan dari peserta rapat yang duduk di belakang yang anti Begug Purnomosidi.
Sebuah sumber menuduh salah satu Ketua DPD Berkarya diduga jadi dalang kisruhnya Partai Berkarya di Jateng. Diduga Ketua DPD yang menyetujui Rapimwil dapat "hibah" Rp 20 juta agar SW diganti. Untungnya skenario tidak berjslan mulus. SW tetap Ketua DPW Jateng Berkarya.(tim)