Menghina Nabi Muhammad SAW
Tayangan Film dan Produk India Harus Diboikot
Jumat, 10 Juni 2022 | Dilihat: 216 Kali
Perdana Menteri India Narendra Damodardas Modi, Anggota Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Fahira Idris (foto istimewa)
Pelapor : Ajie Jahrudin
Editor : H.Sinano Esha
JAKARTA –Tabloidskandal.com ll Membiarkan islamofobia berkembang, serta provokasi para elit partai yang tidak bersahabat dengan umat muslim dan simbol-simbol Islam, akan merugikan India sebagai negara yang saat ini ekonominya melaju pesat di dunia.
Demikian ditegaskan Fahira Idris, anggota Dewan Pimpinan Daerah (DPD) yang juga Ketua Umum Daiyat Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi), Selasa (7/6/2022).
Menurut dia, kebijakan pemerintahan Perdana Menteri (PM) India Narendra Damodardas Modi, di mana para elit partainya tidak bersahabat dengan umat muslim di India dapat memicu meluasnya Islamofobia di negara tersebut.
“Dunia harus menegur PM Modi atas atmosfer Islamofobia yang disuarakan elit partainya. Munculnya boikot produk India di supermarket di beberapa negara Arab harus di menjadi perhatian serius PM India, dan harus disadari bahwa solidaritas umat muslim di dunia sangat kuat,” ujar Fahira.
Seperti diketahui, sejak Partai Bharatiya Janata (BJP) yang dipimpin PM Narendra Modi berkuasa sejak 2014 hingga kini, Islamofobia menyebar cepat di India. Ujaran kebencian, serangan terhadap rumah ibadah dan komunitas Muslim. Bukan cuma itu, beberapa laporan menyebut kekerasan juga dialami kelompok minoritas lain di India, kerap terjadi bahkan memakan korban.
Islamofobia di India kembali mencuat baru-baru ini, yakni penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW yang di lontarkan juru bicara BJP Nupur Sharma di acara debat televisi. Bahkan sebelumnya, Kepala Operasi Media BJP Delhi, Naveen Kumar Jindal juga memposting sesuatu mengenai Nabi Muhammad SAW.
Antipati terhadap nabi umat Muslim tersebut harus diprotes keras oleh masyarakat dunia, kususnya negara-negara berpenduduk muslim di kawasan Timur Tengah (Arab). Termasuk Indonesia, mesti mengutuk keras pernyataan yang merendahkan Nabi Muhammad SAW oleh dua politisi India tersebut.
“Saya mengutuk keras pernyataan dua elit politisi partai penguasa di India yang merendahkan Islam dan Nabi Muhammad SAW. Saya juga mengecam berbagai aksi kekerasan terhadap muslim di India yang hingga saat ini masih terjadi. Saya mengapresiasi sikap tegas Kemenlu Indonesia yang mengutuk penghinaan ini dan langsung memanggil dubes India,” tegas Fahira.
Ditegaskan, PM Modi harus bertanggungjawab atas meluasnya Islamofobia di India. Fahira juga mengimbau kepada pemimpin negara-negara berpenduduk muslim, termasuk Indonesia, harus melakukan aksi dan tekanan kepada pemerintah India.
Pada bagian lain anggota DPD RI tersebut menduga, Islamofobia dan aksi kekerasan dengan cara penyerangan tempat ibadah umat muslim di India, dan menjadikan politisasi agama, merupakan strategi BJP pimpinan PM Modi untuk meraup suara sebanyak mungkin pada Pemilu.
Hal senada disampaikan beberapa warga Jakarta. Mereka mendesak pemerintah Indonesia dan pihak swasta mengehentikan kerjasama dengan pihak India. Baik ekspor maupun impor produk dan bahan baku industry.
“Termasuk boikot produk film India di televisi dan bioskop sampai pemerintah PM India Narendra Modi meminta maaf kepada umat Muslim di dunia. Sebagai umat Muslim, saya berharap masyarakat luas jangan membeli dan menonton produk India,” harap Adyt, warga Jakarta Pusat terkait penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW.