Pontianak, Skandal
Meriam Karbit merupakan salah satu tradisional budaya masyarakat tepian Sungai Kapuas. Setiap lebaran atau hari Raya Idul Fitri siap dibunyikan, dengan suara berdetum layaknya tank.
Di hari malam takbiran, 4/6, Tepian Sungai Kapuas menggelar Festival Meriam Karbit. Akibatnya, daerah itu ramai dengan suara dentuman tak henti- hentinya sepanjang malam.
Banyak masyarakat yang berdatangan menonton, baik darl warga setempat maupun warga dari luar, bahkan ada dari manca negara.
Muttaqin, Ketua Kelompok Meriam Karbit di Kawasan Kampung Banjar Sersan, Pontianak Timur, ini mengatakan meriam karbit memang tradisi masyarakat tepian Sungai Kapuas.
"Festival ini, khususnya biaya pembuatan Meriam, dapat sumbangan dari masyarakat dan yang lain," ungkapnya.
Menurut dia, zaman nenek moyang, meriam karbit ini dibunyikan untuk mengusir Hantu Pontianak/Kuntilanak yang merupakan sejarah jadi Kota Pontianak.
"Dulu meriam pakai buluh / bambu, kemudian berubah batang Kelapa, sekarang sudah Pakai Kayu Balok," tuturnya.
Kayu balok sekarang sudah mulai susah dicari serta mahal harganya. "Kami tetap sangat mengharapkan jangan sampai tradisi ini hilang," ujarnya mengakhiri. (RH)