Jakarta, Skandal
Sehari sebelum putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia tanggal 27 Juni, pada Rabu(26/6) puluhan ribu massa dari berbagai elemen mendemo MKRI.
Elemen masyarakat yang berasal berbagai kalangan dari Jakarta maupun luar Jakarta, baik dari FPI, IKB-UI, anak tentara, barisan Emak-emak Militan, MJI, GMJ, Anak Santri, PA 212, Medis GPU dan lainnya memenuhi areal mulai dari Patung Kuda hingga batas "Benteng Takhesi" sebelum batas areal gedung MKRI.
Pesan-pesan poster yang disampaikan oleh IKB-UI semakin beragam, mulai dari "Kami Menolak Kecurangan Yang Dilakukan KPU", "Cutinya Kok Jam-jaman?", "Apa lu kata Kecurangan Bagian dari DEMOKRASI", "Jadi Pemimpin Jangan Seperti Pinokio, Udah Cuma Boneka Pembohong Pula" dan banyak lainnya.
Anggota IKB-UI Peduli Masyarakat Suta Widhya menilai demo hari ini adalah yang terbesar sejak 14/6 lalu. Ia pun melihat demo tetap tertib meskipun ada 2 mobil Komando lain yang tidak jelas massa yang dibawanya dan misi yang disampaikan.
"Kami pikir mereka mencoba memecah konsentrasi massa yang tengah menyatakan aspirasi kepada 9 hakim MKRI yang besok akan memutuskan hasil persidangan PHPU yang sudah diumumkan oleh KPU pada 21 Pebruari 2019," Kata Suta.
Mobil Komando dari elemen yang tidak jelas itu sempat dilempar uang kertas pecahan Rp. 10.000 saat melintasi kolam Bunderan di depan Patung Kuda oleh salah seorang anggota IKB-UI.
Namun untunglah insiden tersebut tidak meluas, hanya terjadi sindir menyindir antara massa pendemo dengan penumpang mobil bak terbuka atau mobil komando dari elemen yang tidak jelas dari mana asalnya, dan tidak jelas pula orasi apa yang disampaikan.
"Rasanya seperti menunggu anak pertama lahir kita berdemo di sini. Apakah anak itu lahir sempurna atau cacat, seperti sumbing atau punya jemari tidak normal," Kata seorang ibu yang muka nya ditutup masker dan berkaca mata hitam. Ia menolak menyebut namanya. (Win)