Tutup Menu

Dua Murid M. Natsir Berseberangan Jalan

Kamis, 27 Juni 2019 | Dilihat: 4084 Kali
M. Natsir
    

Jakarta, Skandal

Dalam kasus Gugatan Perselisihan Hasil Suara (PHPU), ada dua murid tokoh Islam terkemuka, M. Natsir,  pendiri Partai Masyumi,  berseberangan jalan.

Siapa? Telunjuk bakal mengarah pada Yusril Ihza Mahendra, komandan pengacara Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi - Sandi.



Abdullah H

Satunya lagi, tokoh gaek dari Nyong Ambon, Abdullah Hehamahua. Ia bukan dari Badan Pemenangan Pemilu (BPN) Prabowo - Sandy. Melainkan penanggungjawab dari aksi halal bihalal 266 di Gedung Mahkamah Konsitusi (MK).

Meski dituding berpihak ke Prabowo, mantan Penasehat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menampik tudingan itu. Dia mengaku tidak kenal Prabowo, Sandiaga Uno, Jokowi dan KH Ma'ruf Amin.

"Kami ada untuk mengawal MK, berani mengambil keputusan yang benar, independensi, tidak diintervensi siapapun," jawab Abdullah pada TV One saat ditanya keberadaan massa di Gedung  MK.

Dia mengingatkan soal gurunya, M. Natsir, yang mengajukan mosi integral di parlement saat negeri ini dalam bentuk Republik Indonesia Serikat (RIS). Berkat mosi itu di tahun 1950,  negeri ini berubah jadi kesatuan, atau disebut Proklamasi Kedua.

"Saya tidak ingin pasca putusan MK, beberapa daerah ingin pisah," ujar Abdullah, seraya menyebut warisan Pemilu 2019 menjadikan partisipasi politik hanya 50 persen. 

Angka itu dinilainya rawan sekali. Itu artisnya, hanya 25 persen suara saja, seseorang bisa menjadi presiden.

"Jadi ini bukan soal Prabowo Sandi. Ini soal moral. Negara inj sudah banyak menyimpang. Kami turun untuk mengingatkan dan meluruskan," jelas pria berjenggot ini.

Lantas bagaimana Yusril? Orang Bangka ini secuilpun tidak bicara soal moral. Dia hanya berharap tuduhan kecurangan dari kubu Paslon 02 tidak dapat dibuktikan di persidangan.

"Saya berharap majelis hakim menolak," jelas Yusril, mantan pengacara HTI, ormas Islam yang dibubarkan rezim Jokowi. 

Meski gratis jadi kuasa hukum 01, Yusril mengaku bukan jaminan "kue" kemenangan itu dinikmati. Terlebih gaung rekonsilasi bergema.

"Meski kami kuasa hukum, bisa saja yang menikmati kue itu Gerindra," jelad Yusril.

Dia mencontohkan pengalamannya saat mendukung SBY jadi presiden. Ternyata, pelan secara pasti, PBB ditinggalkan. Justru koalisi pesaing yang menikmati.





Lebih-lebih jika vonis hakim memenangkan Prabowo Sandi, diperkirakan karir politiknya bakal padam. Dia bukan lagi sosok yang dielu-elukan oleh kalangan Islam, sesuatu yang kontras dengan Abdullah Hehemahua. (Ian)

Dapatkan Info Teraktual dengan mengikuti Sosial Media TabloidSkandal.com