Jepara, Skandal
Konperensi Pers RSUD Jepara 18 Maret 2020 dinilai hanya menutupi semrautnya manajemen rumah sakit besutan Pemda Jepara tersebut.
Sekadar contoh tudingan yang di sampaikan perangkat Desa Mambak, Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Jepara.Abdul Rosyid,pada Rabu18/3 belum lama ini.
Abdul menuding "terkait" pernyataan Direktur RSUD Kartini Dwi Susilowati yang menyebut Mbah Lukita datang ke rumah sakit pelat merah itu tanpa surat rujukan dari Puskesmas Pakisaji.
"Komentar direktur itu hoax, semata mata menutupi kebusukan pelayanan managemen yang ia pimpin,"ujar abdul yang tahu persis kejadian tragis itu.
Menurutnya, fakta surat rujukan itu benar-benar ada. Bahkan dibawa juga ke rumah sakit.
Perangkat yang bekerja di Pemdes Mambak itu juga mengungkap fakta yang diberitakan oleh sejumlah media online yang sudah dipesan oleh pihak RSUD,agar seolah olah kesan meninggalnya Mbah Lukitah meninggal di tempat parkir diduga karena lansia(lanjut usia).
"Padahal meninggal dunia karena terlambat mendapat layanan kesehatan dari rumah sakit pelat merah".tegas Abdul Rosyid geram.
Dia menbahkan, keluarga Mbah Lukitah di Desa mambak RT 01 RW 01 Pakis Aji Jepara Sebenarnya tidak terima dengan vidio yang beredar,Apalagi ada pihak rumah sakit telah memberikan uang sebesar Rp 4 juta kepada Sasmono.
"Anehnya Sasmono tidak bisa baca dan tulis, jadi tidak mengetahui apakah dia sadar atau paham dengan yang di lakukan,'' tandas Abdul.
Sementara Direktur RSUD Jepara mengatakan pada press konpren belum lama ini terkait meninggalnya Mbah Lukita tidak adanya surat rujakan dari puskesmas, menjadi penyebab tersendatnya pelayanan oleh pihak rumah sakit.
"Apalagi yang di persalahkan ke pihak kami,kami tidak bersalah," kata Dwi soesilowati berkilah menutupi.(masku ri /@jigtimjp)