Skandal NTB
Kepala Sekolah dan guru SD, SMP Satu Atap Satu Jerowaru Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur NTB, dituding melakukan dugaan pemotongan Dana Bantuan Siswa Miskin (BSM).
Dugaan pemotongan itu kisarannya sebesar Rp.500 ribu hingga Rp.1 juta dari 84 siswa penerima BSM yang seharusnya menerima full haknya.
Siswi dan siswa yang dipotong BSM
Wiwindayati (anak yatim) siswi yang kini duduk di kelas x atau kelas 1 SMA dan Ismail dkk mengaku kecewa karena haknya diambil oleh gurunya.
"Kami kecewa sekali," ungkap mereka pada Skandal Minggu 17/06/2018 di rumahnya Dusun Pengoros, Desa Pengoros, Kecamatan Jerowaru Lombok Timur NTB.
Pemotongan tersebut jadi pembicaraan hangat di kalangan para orang tua siswa penerima bantuan. Salah satunya Suhir, warga Dusun Ujung Gon beliau. Ia mengaku punya tiga orang anak sekolah
Satu Atap Satu Jerowaru. "BSM mereka jugs disunat," tandasnya.
Mastur, salah satu orang tua siswa mengecam cara oknum Kepala Sekolah dan guru yang tanpa musyawarah dengan wali murid langsung lakukan pemotongan BSM.
"Anehnya ada beberpa siswa yang di sewa oleh guru untuk mengambil BSM," ungkap sumber menyebut Ratmawe mewakili Muhammad Alwi. Lalu Satriawan di sewa mewakili siswa Muhammad Husni.
Kepala Sekolah
"Mereka disuruh berbohong oleh oknum guru yang mendampingi, bahkan ditulis nama yang di wakili di telapak tangannya agar tidak lupa nama yang di wakili. Mereka dikasi upah Rp.100 ribu," tutur sumber.
Suhir dan Mastur merupakan orang tua siswa penerima bantuan mengecam keras praktik yang dilakukan oleh oknum Kepala Sekolah dan guru SD-SMP Satu Atap Satu Jerowaru yang tega-teganya lakukan pemotongan tanpa melalui musyawarah. "Kami minta kepada kepala Unit Dikbud Kecamatan Jerowaru, Lalu Mustapa Bakti S.Pd dan Kepala Dinas Dikbud Kabupaten Lombok Timur Lalu Suandi untuk segera menarik dan memindahkan Kepala Sekolah yang rakus," ujarnya menyebut Ahyar ini dan Nurul Fajriah. Mereka guru yang tidak patut di gugu dan ditiru.
"Bila tidak segera di pindahkan kami semua akan demo ke Kantor Kepala Unit Dikbud Kecamatan Jerowaru," tuturnya.
Menurut Kepala Sekolah SD-SMP Satu Atap Satu Jerowaru Ahyar S.Pd.I, jumlah siswa siswi yang dapat sebanyak 84 orang menerima BSM berbeda-beda. Ada Rp.375 ribu, Rp.1.250.000, kemudian diambil separuh untuk diberikan kepada teman-temannya yang tidak dapat di berikan sama-sama Rp.300 ribu.
Hal tersebut di jelaskan saat di konfirmasi Skandal NTB di rumah Kepala Unit Dikbud Kecamatan Jerowaru di Bungtiang Kecamatan Sakra Barat.
Kepala Unit Dikbud Kecamatan Jerowaru mengaku tidak tahu adanya persoalan BSM yang terealisasi, karena tidak ada datanya di kantor Dikbud Kecamatan Jerowaru.
"Semua mengacu pada data Dapodik yang online. Jadi setelah ada ribut dan ramai di kalangan wali murid, baru saya turun untuk memberikan mediasi agar pengaturannya secara baik," jelasnya.(007 MA)