Kuta-Bali, Skandal.
Wabah Virus Corona telah memporak-porandakan ekonomi dunia, begitu pula ekonomi Indonesia, khususnya kehidupan ekonomi didaerah Pantai Kuta-Bali yang sangat terkenal di dunia Hanya dalam
waktu sekitar dua bulan saja Pantai Kuta menjadi pantai yang sepi, bagaikan tidak berpenghuni.
Tidak ada lagi wisatawan mancanegara ataupun domestik berlalu lalang disepanjang pantai. Hampir
semua restoran tutup, banyak juga hotel dan toko cindera mata yang sudah tutup karena tidak ada wisatawan yang datang.
Yang tersisa sekarang hanyalah rasa sepi, rasa takut tertular dan terinfeksi oleh Virus Corona dan rasa khawatir dengan kondisi ekonomi yang sangat tidak kondusif.
Untuk membantu meringankan beban kehidupan masyarakat, terutama masyarakat kecil yang terkena
PHK dari tempat kerjanya atau warga yang kurang mampu, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah telah melakukan banyak kegiatan untuk memberikan bantuan kepada warga kurang mampu.
Harapan pemerintah agar semua warga tetap dirumah saja mengikuti program pemerintah, yaitu physical distancing dan social distancing sehingga penyebaran mata rantai Virus Corona segera
terputus.
Dalam pantauan Skandal di lapangan masih banyak pemerintah yang tidak sampai
kepada orang yang berhak, yang benar-benar membutuhkan, yang membuat bantuan tersebut dapat meringankan kehidupan sehari-harinya.
Skandal menemui seorang warga Kuta yang bernama Wayan Purna, dua tahun yang lalu Wayan Purna di PHK dari tempat kerjanya, sampai sekarang dia tidak mempunyai pekerjaan, dia memiliki tanggungan 3 orang dirumahnya, yaitu seorang istri, seorang cucu dan ibu kandungnya yang berumur 90 tahun.
Menurutnya pernah ada bantuan, setahu saya bantuan itu dari banjar dan desa adat.
Anak saya dapat bantuan tersebut, tetapi saya tidak dapat.
Saya dan anak saya tidak hidup satu rumah, sedangkan saya juga perlu bantuan karena
saya tidak Banyak memiliki penghasilan. Saya tidak tahu mau bertanya kemana? kepada siapa?
Saya khawatir tidak dapat bantuan sama sekali, sedangkan saya sangat memerlukan bantuan untuk menyambung hidup, saya tidak tahu kapan wabah ini akan berakhir?
Skandal juga menemui seorang tokoh masyarakat Kuta, yaitu Jro Made Supatra Karang dirumahnya, di Mimpi Bungalow Kuta.
Skandal meminta pendapat dari Jro Made Supatra Karang tentang hal yang dikatakan oleh Wayan Purna.
Menurut Jro Made, Pak Wayan Purna sebagai kepala rumah tangga tidak terdeteksi oleh pihak pemerintah daerah yang memberikan bantuan, yang seharusnya warga seperti Pak Wayan Purna
dapat tersentuh oleh bantuan tersebut.
Menurut saya yang namanya bantuan dari pemerintah itu tidak mesti berpatokan kepada warga yang punya KK atau KTP, karena saya yakin masih banyak dilapangan saudara-saudara kita yang seperti
Pak Wayan Purna, yg belum terdeteksi, yang hidup menyendiri satu rumah, bahkan jauh dari keluarga.Inilah masih banyak yg ada di sekitar kita. Perlu ada pendataan yang lebih bijaksana, lebih meyeluruh.
Kalau namanya sudah manula, apalagi sudah tidak bisa keluar rumah, seperti pernah kita lihat berita di televisi
pernah kejadian meninggal karena kelaparan, itu sudah terjadi.
Tidak tertutup kemungkinan akan terjadi korban-korban menyusul meninggal bukan krn Virus Corona, tetapi karena kelaparan. Ini yang perlu kita antisipasi!
Mudah-mudahan peran dari media Skandal bisa menjembatani kepentingan-kepentingan yang sangat urgent untuk orang-orang yang sangat membutuhkan.
Kalau lihat dari segi finansial, dari segi umur, kondisi fisik yang sangat susah untuk mencari tahu, kemana harus pergi, kemana harus bertanya untuk mendapatkan bantuan? masalah itu yang harus
kita buka ke public dan kita sosialisasikan secara massif.
Sehingga orang-orang yang nantinya akan peduli dengan masalah-masalah ini, akan bisa menyalurkan bantuan kepada orang yang tepat, yang betul-betul memerlukan.
Mudah mudahan ada keberanian dari saudara-saudara kita untuk menyampaikan
“Saya butuh bantuan” Jangan malu-malu menyatakan perlu bantuan.
Banyak orang kaya yang mengaku miskin tidak masalah, jangan dilihat pengakuan miskinnya. Kalau orang itu berhak untuk menerima bantuan sesuai dengan kewajiban negara mustinya hak itu diberikan, tidak ada diskriminasi baik orang kaya atau orang miskin.Kalau dia kaya mengaku miskin sah-sah saja.
Orang kaya mengaku miskin kan belum tentu dia ambil untuk dirinya sendiri, bantuan itu bisa saja disalurkan kepada orang yang betul-betul membutuhkan dilingkungan yang dia tahu.
Jangan berfikir negatif kepada orang yang menerima bantuan, dia punya alasan karena ingin membantu orang lain, dia tahu dilingkungannnya ada orang yang sangat perlu untuk dibantu.
Mudah mudahan jangan ada lagi diskriminasi bantuan khusus untuk orang miskin, belum tentu orang miskin itu tidak dermawan, banyak orang miskin yang dermawan.
Semoga Pemerintah Daerah segera memberikan respons yang pro-aktif.