Rembang, Skandal
Di tengah pandemi virus Corona wacana new normal dan hidup berdampingan dengan Covid-19 menyedot perhatian, bahkan menjadi konsumsi pembicaraan berbagai kalangan. Pembicaraan mereka berkutat seputar bagaimana skenario pemerintah daerah jika new normal itu diterapkan di tengah masyarakat yang saat ini masih akrab menjalani pola hidup “stay at home” sebagai protokol kesehatan untuk memutus mata-rantai penyebaran Covid-19.
Perberlakuan new normal tentunya akan berdampak signifikan ke berbagai sektor. Salah satunya di sektor pendidikan. Sektor ini mendapat perhatian serius dari pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bahkan untuk mengaktifkan kembali pembelajaran pada bulan Juli mendatang belum mendapat kepastian.

Salah satu siswa SDN Sendangmulyo O2 Najwah, yang tetap giat belajar di rumah ditengah Pandemi Covid-19
Sejak berlakunya kebijakan pemerintah agar seluruh siswa untuk belajar di rumah ( Sabtu,14/3) lalu, di segala jenjang pendidikan mulai PAUD hingga PerguruanTinggi dengan sistem daring, siswa bahkan guru dihinggapi perasaan bosan. Meskipun Kemendikbud sudah menyediakan program tayangan TVRI bertajuk “ Belajar dari Rumah” dengan materi yang disesuaikan tingkat pendidikan.
Penelusuran di lapangan menunjukkan, siswa belum bisa mengikuti program tayangan TVRI belajar dari rumah karena berbagai keterbatasan.
Salah satu siswa SDN Sendangmulyo 02 – Sluke, Najwah Aulia Fitriana (8) saat ditemui disela-sela belajar mandiri di rumahnya mengutarakan keinginannya untuk kembali masuk sekolah. Siswa kelas 2 ini, mengungkapkan kerinduaannya kepada guru dan belajar bersama teman di Sekolahnya.
Najwah yang kesehariaanya belajar mandiri bersama orangtuanya itu, mengutarakan keinginannya agar bisa masuk sekolah kembali. Alasannya,ia merasa jenuh belajar di rumah dan ingin belajar kembali bersama teman-teman sekolahnya.
“Saya rindu sekolah, guruku dan teman-temanku” ungkapnya.
Kepala Sekolah SDN Sendangmulyo 02 – Sluke Supriyono Untiyanto, S.Pd. saat dimintai pendapat terkait wacana pemberlakuan new normal mengatakan, melihat kemajemukan rakyat Indonesia apa yang dikatakan Bapak Presiden yang terbaik memang seperti itu.
Ia mengukapkan, kalau sekolah akan dibuka lagi, apa yang menjadi anjuran pemerintah harus dijalani. Yang terpenting jaga kebersihan, jaga jarak dan rajin cuci tangan menggunakan sabun mutlak diperlukan.
“Tidak mungkin kita hanya cukup mengisolasi diri. Kodrat kita sebagai mahluk sosial menuntut kita berinteraksi dengan orang lain. Apalagi sampai sekarang belum ditemukan vaksinnya,” katanya.
Ketua YPPI STIE Rembang Dr.Ir. H. Mudhakir MZ, MM, terkait wacana new normal menyampaikan pendapatnya, New Normal Jawa Tengah tidak termasuk 4 Provinsi dan Rembang tidak termasuk dalam 25 Kabupaten / Kota yang mendapatkan penjagaan TNI/Polri secara khusus. Berarti Jawa Tengah dan Rembang tidak diperlukan perhatian khusus dan serius.
Kendati demikian, Jawa Tengah / Rembang tetap memperhatikan dan menggunakan protokol secara benar dan baik. Agar lebih aman, new normal akan lebih baik diterapkan untuk Jawa Tengan / Rembang sampai dengan keadaan normal seratus persen.
Terlalu lama belajar di rumah atau sistem daring membuat siswa atau mahasiswa maupun guru atau dosen menjadi jenuh. Akibatnya kualitas belajar mengajar tidak optimal.
Pengaktifkan sekolah dan perkuliahan sangat baik, namun tetap menggunakan protokol kesehatan, utamanya siswa atau mahsiswa dan guru menggunakan masker, datang atau pulang cuci tangan yang disediakan di depan sekolah atau kelas, dijaga tidak terjadi sentuhan fisik , dijaga kebersihan (bila perlu sebelum dan sesudah pemakaian kelas dilakukan penyemprotan) meludah tidak di sembarang tempat.
“Kalau nanti kita masuk pada fase new formal dan aktifitas di semua sektor berjalan kembali termasuk proses pembelajaran di sekolah diberlakukan kembali, maka kami akan berpedoman pada petunjuk pelaksanaan yang dikeluarkan pemerintah dan tetap mematuhi protokol kesehatan dalam penanganan pencegahan covid-19,” kata Mardi S.Pd, MT. Kadinas Rembang yang dihubungi via WA. (Sutrisno/Rbg).