Saumlaki, Skandal
Para penjual ikan di Pasar Saumlaki (Olilit) mengeluh, karena kebijakan Dinas Perikanan Kabupaten Kepulauan Tanimbar ( KKT) yang membeli ikan dari Desa Seira dan Desa Batu Putih serta Banda Naira menjual langsung kepada masyarakat, bukan ke papalele (pedagang) ikan.
Jhon Lilimwelat
"Jadi sepertinya menyaingi kami sebagai Papalele (pedagang ikan) di Pasar Saumlaki," ungkap Jhon Lilimwelat.
Akibatnya, para Papalele ikan di Pasar Saumlaki mengalami kerugian cukup besar. Padahal, para Papalele berjualan ikan dengan modal sendiri tanpa dibantu Pemda.
"Kami usaha sendiri tanpa campur tangan Pemda untuk membantu kami. Malah Pemda hari ini melakukan persaingan. Andai saja ikan yang dibeli Dinas Perikanan dari Desa Seira, Batu Puti dan Banda Naira dijual ke kami (Papalele), maka kami tidak merasa tersaingii," ungkap Nyong, begitu sapaan akrabnya.
"Bila langkah kebijakan Dinas Perikanan KKT untuk menekan harga Ikan di Saumlaki, maka seharusnya Dinas Perikanan menjual ikan ke kami, Papalele, sehingga
harga ikan dapat ditekan dan murah sesuai keinginan semua," tuturnya.
Menurut dia, ikan mahal atau murah
di pasar tergantung hasil tangkapan.
Nelayan menjual ikan ke Papalele untuk Papalele. "Ikan mahal, karena stok ikan sedikit Di Pasar. Ikan murah, karena stok ikan banyak di Pasar," tandasnya.
Desa Seira Batu Putih dan Banda Naira adalah desa yang dikenal sebagai Papalele. Mereka membeli ikan dan memasok ke KKT, sekaligus menjualnya hanya untuk mempertahankan kehidupan.
"Jika ada lebih dari penjualan ikan hanya untuk menyekolahkan anak anak," tandasnya.
Dia mengaku selama menekuni profesi Papalele Ikan lebih dari 10 Tahun, belum pernah terjadi kebijakan seperti itu, baru kali ini saja mengalami kebijakan Dinas Perikanan yang mengakibatkan Papalele mengalami kerugian yang cukup besar.
Menurut Nyong, bila mau menjual ikan, seyogianya jangan jadi PNS. "Kenapa harus intervensi dan menghancurkan piring makan kami ??? Apakah kami para Papalele ikan di Pasar Saumlaki ( Olilit ) bukan warga KKT sehingga Dinas Perikanan mau menutup usaha kami? Itu sama juga membunuh kami dengan cara seperti ini ????," ungkap Nyong sambil mengusap dada.
Para Papalele meminta Bupati KKT Petrus Fatlolan SH, MH segera mengevaluasi Kadis Perikanan atas kebijakannya yang dapat menghancurkan usaha mereka.
"Bila tidak dihentikan kebijakan Dinas Perikanan, maka tandanya Pemda KKT secara tidak langsung membunuh masyarakatnya sendiri," tutur Nyong geram
menutup dialog. ( TAN 1 ).