Malra, Skandal
Tekadnya membangun Maluku Tenggara (Malra) tidak main-main. Padahal medan yang dilalui tidak kecil. Banyak kendala yang merintangi. Tapi ia tidak mengeluh. Bersama wakilnya, Petrus Beruatwaron, dia ingin menjadikan Malra lebih indah dan cerah.
"Pokoknya kita harus bangun Malra," tegas Bupati Drs H.M. Taher Hanubun.
Saking sangatnya, Hanubun terus turun ke lapangan, melakukan cross check ibu kota Malra, Langgur. Dia tak pernah henti melakukan koordinasi dengan pastor untuk menanam pepohonan, termasuk memperluas bibir jalan pusat Langgur.

"Belum lagi penerangan lampu jalan dan sebagainya," tandasnya pada Skandal saat menemuinya di ruang kerja, siang tadi 17/3.
Makanya, sebelum turun ke jalan, dia selalu menghubungi Dinas PUPR dan staf ahli Bupati bersama-sama turun ke lapangan.
"Saya tidak pernah membedakan Langgur dulu, sekarang dan ke depan.Tapi tujuan saya menata Langgur ke depan lebih ceria," tutur Hanubun.
Terlebih, Langgur saat ini dikenal sebagai tempat pariwisata, membangun Langgur harus lebih baik dan lebih nyaman, sehingga setiap pengunjung merasa senang dan nyaman.
"Keindahan itu akan membuat orang betah dan nyaman," jelas Hanubun.Makanya Bupati mengimbau seluruh OKP, aktivis, LSM dan rekan media bahu membahu membangun Malra lebih baik.
"Jadi tekad saya dan wakil membenahi sekaligus membangun Kei Besar. Terbukti sudah berjalan, karena daratan Kei bukan segampang membalikan tangan. "Tapi yakinlah perlahan-lahan paati selesai," ujar Bupati
Menurut dia, tahun lalu pihaknya sudah menganggarkan Gedung Pesparawi di Kabupaten Malra. "Tapi belum dapat lokasi. Di tahun ini dianggarkan kembali. Jika ada lokasi, tentu langsung dibangun," ungkap Bupati.
Begitupun soal tempat ibadah, tak ada tebang pilih, entah gereja, masjid, protestan, katolik, muslim dan lainnya. "Semua ibadah agama kami bangun," tuturnya.
Makanya, Hanubun mengharapkan agar ummat tidak terpancing isu murahan, tidak membawa keuntungan. Malah mempersulit untuk membangun.
Bupati menyebut setiap mau membangun tempat ibadah, baik mesjid,gereja katolik dan protestan selalu berkordinasi dengan jemaat. Setelah itu petinggi agama, seperti pastor, pendeta,lmam bahkan juga uskup dan sinode."Jadi tiga komunitas ini sl
selalu terjaring kerja sama," tandasnya.
Begitupun tentang jalan pengaman, yaitu trotoar. Itu proyek Balai Provinsi, sshingga ketika mau di perbaiki, harus kordinasi dengan Balai Provinsi sesuai aturan main.